Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selama 400 Tahun, Penduduk Bermuda Panen Air dengan Cara Ini

Kompas.com - 27/12/2016, 07:49 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

Sumber BBC.com

KOMPAS.com - Pulau Atlantik Utara di Bermuda tidak memiliki mata air, sungai atau danau air tawar. Jadi bagaimana manusia bisa menetap dan hidup di sana?

Rahasianya adalah dalam desain rumah mereka. Khususnya, atap bertingkat yang masih digunakan 400 tahun sejak pertama kali diperkenalkan.

Pengunjung yang datang ke Bermuda akan merasakan langsung suasana seperti di rumah, bahkan jika cuaca jauh lebih hangat dan cerah dari kawasan mana pun.

Sebanyak 60.000 penduduk di pulau tersebut tinggal di pondok kapur yang dicat dalam warna pastel berdesain lebih akrab ketimbang kota-kota atau desa Inggris.

Tapi mengapa atap putih? Dengan tingkatan seperti tangga? 

Ternyata atap rumah dirancang dengan cara tersebut untuk memanen air hujan. Atap berundak ini memperlambat hujan lebat dan membantu mengumpulkan air di selokan dan menyimpannya dalam tangki di bawah rumah.

Beruntung, sebagian curah hujan tahunan di Bermuda jauh melebihi dari Inggris dan Wales, dan tersebar cukup merata sepanjang tahun.

Dengan demikian, tanki akan terisi secara teratur sampai penuh. Setiap rumah juga mandiri. Tidak ada tarif untuk menyediakan air.

Sistem ini awalnya hanya berdasarkan kebutuhan para penghuni rumah, karena kurangnya air bersih yang tersedia mengingat tidak ada aliran permanen atau danau payau.

Kemudian, desain ini dijadikan peraturan pembangunan rumah, bahwa untuk setiap kaki persegi ruang atap, semua rumah harus memiliki delapan galon ruang tangki.

Desain atap ini memiliki beberapa keuntungan. Terbuat dari batu kapur, atap ini cukup berat dan tidak mudah digeser oleh badai. Di masa lalu atap ditutupi mortar kapur, yang memiliki sifat anti-bakteri.

Sekarang mortar telah digantikan oleh cat. Warnanya masih putih, karena dapat memantulkan sinar ultraviolet dari matahari, yang juga membantu untuk memurnikan air.

"Kami semua tumbuh untuk mengelola sistem air kami sendiri," kata Alan Rance, Chief Executive Officer Bermuda Waterworks.

Seorang ahli lingkungan, Stuart Hayward mengaku dibesarkan oleh orang tuanya untuk memahami bahwa orang-orang yang tidak menghemat air mungkin akan dehidrasi.

"Jika Anda memiliki secangkir air, itulah yang Anda gunakan untuk menyikat gigi. Anda dijatah secangkir air. Dengan sedikit air itu Anda harus menyikat gigi sampai bilasan akhir," jelasnya.

Ia juga mengatakan, ia terbiasa tidak menggunakan banyak deterjen sehingga pada saat telah selesai mencuci piring, tak ada busa tersisa. Kemudian, air itu bisa digunakan untuk kebun.

Di satu sisi, ketika pulau telah semakin padat penduduknya, rasio luas atap untuk penduduk telah berkurang.

Normalnya, jika Anda tidak dapat membangun secara melebar, Anda mungkin akan membangun ke atas untuk memberi lebih banyak ruang bagi keluarga. Tetapi, ada konsekuensi dari cara ini jika diterapkan di Bermuda.

"Jika membangun ke atas dan keluarga yang tinggal lebih banyak, maka konsumsi air juga bertambah sementara jumlah luas atap sedikit," kata Hayward.

Terlebih lagi, wisatawan juga mengharapkan adanya air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Dengan demikian, air harus datang dari suatu tempat. Untungnya, Bermuda telah lama memiliki akses ke pasokan terbatas air dari "lensa" bawah tanah.

Air berasal dari lapisan tanah segar yang terletak di atas air dengan kandungan asin lebih banyak.

Sekarang ada enam lapisan air di Bermuda, yang menghasilkan air 13.500 meter kubik per hari.

"Selalu ada ketegangan antara gaya hidup mewah yang dibawa wisatawan dengan gaya konsumsi penghematan spartan yang didorong sejak leluhur," kata Hayward.

Ketika orang-orang datang ke Bermuda, mereka mengaku ingin memiliki waktu yang lebih dan menghabiskan banyak uang.

Pasalnya, konsumsi air pendatang sebanyak dua pertiga, dua kali lebih banyak daripada penduduk asli.

Salah satu cara pengunjung menghabiskan uang adalah bermain golf. Saat ini, ada lebih banyak lapangan golf per kapita di Bermuda daripada di tempat lain.

Namun, rumput-rumput ini membutuhkan air untuk tetap hijau.

Kadang-kadang, air desalinasi tersebut digunakan untuk mandi dan cuci, sementara air limbah dikumpulkan, diolah, dan digunakan untuk irigasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com