Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hotel Baru Trump Bisa Picu Pemakzulan sebagai Presiden AS

Kompas.com - 23/11/2016, 22:00 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

WASHINGTON, KOMPAS.com - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump memang belum menginjakkan kakinya di Ruang Oval Gedung Putih, tetapi pembukaan hotel mewah terbarunya di Washington DC telah menyebabkan peringatan untuk pemakzulannya.

Hotel International Trump dengan kelas bintang lima tersebut berada hanya beberapa blok dari Gedung Putih dan telah menjadi bukti nyata bahwa Trump tidak bisa memisahkan kepentingan bisnis dari politik.

Menurut profesor hukum Amerika, tagline hotel senilai 287 juta dollar AS atau setara Rp 3,8 triliun berupa "Washington will never be the same" dapat membuktikan bahwa prediksi departemen pemasaran Trump tak pernah diantisipasi.

Profesor Hukum dari University of Minnesota yang juga pernah menjabat sebagai kepala penasihat etik mantan presiden George W Bush, Richard Painter mengatakan dikumpulkannya 100 diplomat negara lain di Hotel International Trump bisa memicu pemakzulannya pada hari pertama dia resmi menjabat presiden AS.

Hotel International Trump di Washington DC senilai Rp 3,8 triliun dianggap bisa menjadi pemicu pemakzulan Donald Trump sebagai presiden AS.

The Washington Post kemudian mewawancara sekitar selusin pejabat asing yang semuanya sepakat mengatakan adalah hal bodoh untuk tinggal di tempat lain di ibu kota AS selain di Hotel International Trump.

"Percaya pada saya, semua delegasi akan pergi ke sana (Hotel International Trump)," ucap diplomat Timur Tengah yang menghadiri perkumpulan.

Namun, beberapa juga menyatakan bahwa dengan tinggal di hotel milik Trump bisa menjadi cara mudah untuk mencairkan suasana dan memulai obrolan dengan Trump.

"Kenapa saya harus tidak tinggal di hotelnya yang hanya berjarak beberapa blok dengan Gedung Putih? Dengan tinggal di sana saya bisa menyatakan kepada presiden baru bahwa saya sangat menyukai hotelnya. Bukankah tidak sopan jika datang ke kotanya dan kemudian berkata saya tinggal di hotel kompetitormu?" jelas salah satu diplomat Asia.

Kembali ke persoalan pemakzulan, menurut Painter, sentimen dan tagihan hotel berpotensi melanggar konstitusi yang menyatakan bahwa presiden tidak bisa menerima hadiah dari pejabat-pejabat asing.

Secara protokol, kebanyakan pemimpin dan pejabat asing tinggal di rumah tamu presiden bernama Blair House kala mengunjungi Washington.

Namun, hal umum dan lumrah bagi rombongan mereka untuk memesan dan tinggal di hotel di Washington.

Selama kampanye, perhatian publik terpusat pada bagaimana Trump akan mengatur bisnis domestik dan internasionalnya bila terpilih nanti.

Pada dasarnya, tidak ada hukum yang menyatakan bahwa presiden AS harus memisahkan diri dari kepentingan bisnisnya, tetapi itu merupakan sebuah praktik etika standar untuk menyerahkan aset-asetnya ke "blind trust atau "orang-orang kepercayaannya."

Trump sendiri mengatakan dalam kampanyenya bahwa dia menginginkan anak-anaknya yakni Ivanka, Eric, dan Donald Jr untuk menjadi "blind trust-nya."

Kritik pasti akan bermunculan terkait keputusannya tersebut dan mengatakan bahwa Trump tidak benar-benar mengerti bagaimana "blind trust" bekerja.

Bagaimanapun juga, Trump sebagai presiden dan pembuat kesepakatan bakal menunjuk pejabat guna mengatur industri perhotelan AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com