Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jangan Sampai Jalan Perbatasan Kita Kalah dari Malaysia"

Kompas.com - 21/11/2016, 20:30 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

ENTIKONG, KOMPAS.com - Sebagai salah satu gerbang Indonesia, pembangunan jalan dan akses perbatasan sangatlah penting.

Karena itu pemerintah melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus menggenjot percepatan konstruksi jalan perbatasan di beberapa titik.

Salah satu jalan perbatasan yang diprioritaskan adalah Entikong, Kalimantan Barat, yang berbatasan langsung dengan Malaysia. 

"Jadi akses (perbatasan) sangat penting sehingga jangan sampai jalan perbatasan kita kalah dengan negara tetangga. Harus diakui jaringan jalan Malaysia sudah lebih bagus,” ucap Dirjen Bina Marga Arie Setiadi Moerwanto dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (21/11/2016).

Jalan tersebut terdiri dari 12 koridor ruas, yakni Temajuk-Aruk (90 kilometer), Aruk-Seluas (78 kilometer), Seluas-Entikong (84 kilometer), Entikong-Rasau (99 kilometer), Rasau-Sepulau-Sintang (99 kilometer), dan Sintang-Nanga Badau (43 kilometer).

Kemudian enam koridor ruas lainnya yakni Nanga Badau-Lanjak sepanjang 46 kilometer, Lanjak–Mataso (26 kilometer), Mataso-Tanjung Kerja (56 kilometer), Tanjung Kerja-Putussibau (37,84 kilometer), Putussibau-Nanga Era (37 kilometer), dan Nanga Era-Batas Kalimantan Timur dengan panjang 158 kilometer.

Kendati demikian, sebagian besar dari jalan dengan total panjang 856 kilometer tersebut, belum mendapat perkerasan aspal atau masih berupa tanah dan material batu (agregat).

"Perkerasan aspal akan diprioritaskan pada area yang sudah ada pemukiman. Sementara agregat digunakan pada area yang masih butuh peningkatkan lalu lintas hariannya (LHR)," papar Arie.

Pada 2016, Ditjen Bina Marga menargetkan kondisi jalan paralel perbatasan akan berupa aspal sepanjang 289,3 kilometer, agregat 93,66 kilometer, dan jalan tanah sepanjang 278,2 kilometer.

Sementara pada 2017, jalan dengan perkerasan aspal menjadi 306,9 kilometer, agregat 101,92 kilometer, dan jalan tanah 330,18 kilometer.

Penambahan ruas jalan tanah pada 2017 disebabkan dibukanya hutan menjadi bakal jalan baru. Berkaitan dengan hal tersebut, Arie mengakui lahan hutan yang belum dibuka masih tersisa 188,61 kilometer lagi.

Sebanyak empat ruas belum dibuka lahannya adalah Nanga Era-Batas Kaltim sepanjang 152 kilometer, Seluas-Entikong dengan panjang 20,85 kilometer, Rasau-Sepulau-Sintang sepanjang 8,55 kilometer, dan Temajuk-Aruk dengan panjang 6,85 kilometer.

“Pada akhir 2017 kami akan kurangi jalan yang belum tembus menjadi 107,31 kilometer atau sisa 20 persen. Bagian lainnya pada 2018 sudah tembus semuanya,” tambah Arie.

Adapun biaya yang dianggarkan pada 2016 sekitar Rp 300 miliar dan sudah terserap 70 persen atau sudah digunakan untuk menembus lahan sepanjang 667,39 kilometer. Sedangkan untuk jalan akses perbatasan sebesar Rp 350 miliar.

Selain status hutan, ada beberapa kendala lain dalam membangun jalan perbatasan ini, yaitu keterbatasan data.

Terlebih, lokasi pembangunan yang terpencil sehingga diperlukan survei dan pengukuran yang detail.

Kendala selanjutnya adalah ketersediaan material yang bisa digunakan sebagai sub-grade pembangunan jalan.

“Tidak semua daerah memiliki material yang bagus, selain itu sulitnya mengangkut material aspal,” tutup Arie

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau