YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan perkotaan khususnya bantaran sungai identik dengan permukiman yang kumuh. Namun hal itu tidak terlihat di Kelurahan Karangwaru, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta.
Justru kesan adem, nyaman, tertata dan indah akan dirasakan setiap orang yang datang di pemukiman dipinggir sungai Buntung ini.
Bahkan berkat kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan dan sungai, kawasan Karangwaru mendapat sebutan "Kotaku" (Kota Tanpa Kumuh).
Pimpinan Kolektif Badan Keswadayaan Masyarakat Tridaya Waru Mandiri, Subandono menceritakan kawasan Karangwaru khususnya yang berada di pinggiran sungai Buntung dulunya permukiman kumuh.
"Sungai Buntung itu dulu paling kumuh di wilayah kelurahan Karangwaru ini. Banyak sampah, sebutannya dulu tempat sampah terpanjang," ucap Subandono saat ditemui Kompas.com, Selasa (15/11/2016).
Subandono mengungkapkan, pada tahun 2009 masyarakat sepakat membangun dan menata ulang kawasan pinggiran, sehingga sungai Buntung dan permukiman di sekitarnya bersih, rapi, sehat dan tertata.
"Awal kami menyosialisasikan ke masyarakat. Istilahnya memberikan kesadaran kepada masyarakat agar pola pikirnya berubah," ucapnya.
Sosialisasi menyadarkan masyarakat, lanjut Subandono, membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar satu tahun. Setelah paradigma warga terbangun lantas dilakukan penataan fisik.
"Awalnya tidak ada jalan, kami buatkan jalan. Warga merelakan sedikit tanahnya untuk akses jalan ini, jadi tidak ada istilah ganti-rugi lahan," tuturnya.
Selain jalan, di pinggir sungai juga dibuatkan ruang terbuka hijau (RTH), dan ruang publik untuk pertemuan. Lalu terdapat pula ruang sinau masyarakat.
"Di titik nol Karangwaru kami bangun ruang pertemuan warga atau kegiatan warga," tandasnya.
Saat musim hujan dan air sungai meluap ada 70 kepala keluarga (KK) yang rumahnya terendam banjir. Namun setelah talud diperbaiki dan sungai dibersihkan, saat ini sudah tidak ada lagi rumah warga yang jadi korban banjir.
"Rumah warga yang tidak layak juga kami bedah dan perbaiki. Total sampai saat ini sudah ada 100 rumah," tandasnya.
Namun demikian, masyarakat juga tidak lantas berpangku tangan dengan bantuan pemerintah, tetapi juga turut mendonasikan pemikiran, tenaga, dan dana.
"Kami selalu berkoordinasi dengan PU provinsi atau pusat. Sudah ada bukti seperti ini, jadi kalau ada program kami selaku ditawari lebih dulu," kata Subandono.
Subandono menuturkan, saat ini baru segmen satu dan dua yang sudah tertata. Sedangkan segmen tiga sampai enam di pinggiran sungai atau tepatnya sisi Selatan masih belum direvitalisasi.
Para menteri terkesan
Sementara itu, usai menghadiri peluncuran Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) di Lapangan Tamanan, Banguntapan, Bantul, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, Menteri Kesehatan, Nila Djuwita Faried Moeloek, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo menyempatkan diri berkeliling Karangwaru.
Para menteri tampak takjub dengan penataan di pemukiman pinggir sungai Buntung yang berubah menjadi indah, nyaman ditinggali dan sehat serta bersih.
"Saya tidak menyangka, Karangwaru seperti ini. Saya, Alhamdulilah diajak pak Basuki (menteri PUPR) ke sini," ungkap Puan saat berdialog dengan warga.
Puan menegaskan, Karangwaru dengan "Kotaku" ini harus menjadi contoh bagi daerah-daerah lain.
Wilayah Karangwaru merupakan salah satu contoh sukses dari penerapan Germas.
"Tadi saya masuk salah satu rumah warga, sirkulasi udaranya baik, lingkungannya bersih. Sampai air sungainya saja bersih dan mengalir," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.