Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terhambat Bangun Transportasi Massal, Ridwan Kamil Mengeluh Kerap "Diping-pong"

Kompas.com - 04/11/2016, 20:00 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan Kota Bandung terutama dari segi infrastruktur transportasi massal diakui Ridwan Kamil selaku wali kota masih tertatih-tatih karena terkendala banyak masalah.

Pertama, ketiadaan dana guna membangun infrastruktur transportasi massal berbasis rel yang mampu mengurai kemacetan.

Menurut Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, dari 2,4 juta penduduk Bandung, hanya 20 persen yang menggunakan transportasi umum berupa angkutan kota (angkot).

"Ini kalau ada transportasi berbasis rel baru ada perpindahan tapi masalahnya itu mahal. Untuk 11 kilometer rel saja butuh Rp 6 triliun sedangkan di APBD kami hanya sanggup belanja infrastruktur Rp 2 triliun tiap tahun," kata wali kota yang karib disapa Emil tersebut saat menjadi pembicara pembicara di Kongres XI Ikatan Ahli Perencana (IAP) di Jakarta, Kamis (3/11/2016).

Selain itu, Emil juga mengeluhkan berbelit-belitnya birokrasi yang harus dilewati untuk persyaratan pembangunan infrastruktur di kotanya.

Emil bercerita ketika itu ia ingin membangun infrastruktur yang berstatus prioritas saja harus diping-pong ke berbagai kementerian/lembaga mulai dari Pemprov Jawa Barat, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), hingga Kementerian Keuangan.

"Palembang saja yang tidak sekompleks Bandung dikasih LRT Rp 10 triliun murni APBN karena Asian Games. Kami yang sudah mohon-mohon malah nggak dapat-dapat dan hilang ketika proses pengajuan," keluh Emil

Permasalahan berikutnya adalah rencana detail tata ruang (RDTR) Bandung.

Emil mengakui, saat ini untuk RDTR tersebut belum ada sinkronisasi antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat dan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung.

"Hari ini (Kamis, 3/11/2016), RDTR kami ditarik Pemprov Jawa Barat karena dianggap ada beberapa warna yang berubah dan menyebabkan banjir padahal itu sudah ditinjau oleh mereka selama setahun terus dan sekarang baru direvisi," ucapnya.

Emil menyayangkan sikap Pemprov Jabar tersebut karena dilakukan setelah ketuk palu atau setelah melewati serangkaian proses politik yang panjang dan tak sederhana.

Sikap Pemprov Jabar itu membuat rencana pembangunan Pemkot Bandung terhambat karena tak adanya kepastian RDTR dan juga rencana tata ruang wilayah (RTRW)-nya.

"Kalau begini kapan ada kepastiannya dan juga imbasnya akan ada konsekuensi-konsekuensi sesuatu yang sudah direncanakan jadi tidak terealisasi," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bakal Hadiri Acara WWF, AHY: Air dan Tanah Tak Bisa Dipisahkan

Bakal Hadiri Acara WWF, AHY: Air dan Tanah Tak Bisa Dipisahkan

Berita
[POPULER PROPERTI] Plus Minus Tandon Air Atas dan Bawah

[POPULER PROPERTI] Plus Minus Tandon Air Atas dan Bawah

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Situbondo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Situbondo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jombang: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jombang: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Pulang Dinas dari AS, AHY Sayangkan Investor Kabur karena Masalah Tanah

Pulang Dinas dari AS, AHY Sayangkan Investor Kabur karena Masalah Tanah

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sampang: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sampang: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Trenggalek: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Trenggalek: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sumenep: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sumenep: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bondowoso: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bondowoso: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tulungagung: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tulungagung: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Gresik: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Gresik: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com