JAKARTA, KOMPAS.com - "Itu kenaikan semu. Percuma," ujar CEO Leads Properti Indonesia Hendra Hartono saat dimintai tanggapan mengenai harga properti, terutama rumah, yang dikerek oleh pengembang pada setiap hari Senin.
Kenaikan harga rumah, kata Hendra, sudah bukan zamannya lagi dikendalikan pengembang, atau ditentukan oleh hari Senin, melainkan oleh mekanisme pasar.
Semakin tinggi permintaan, akan kian besar pula potensi peningkatan harga jualnya.
Namun, yang utama adalah terjadinya transaksi, terutama di pasar seken. Jika pergerakan transaksi di pasar seken demikian cepat, kenaikan harga makin pesat.
"Sebaliknya, kalau transaksi di pasar seken lambat, harga rumah bakal susah naik," ujar Hendra, Sabtu (29/10/2016).
Dia kemudian menjelaskan, kenaikan harga rumah juga dipengaruhi berbagai faktor lainnya. Satu yang pasti adalah karena di dalam kawasan pengembangan perumahan tersebut dibangun rumah untuk berbagai kelas atau kalangan.
Ada rumah-rumah tipe kecil, menengah, menengah atas, hingga mewah. Bukan hanya satu tipe kecil saja, atau mewah saja.
Nah, jika terdapat keberimbangan antara rumah kecil, menengah, hingga mewah, potensi terjadinya transaksi sangat besar.
Selain itu, tentu saja banyak penghuninya. Pastikan yang membeli rumah bukan hanya investor. Kalau seluruh peembelinya investor, rumah-rumah kosong bakal menjadi pemandangan sehari-hari.
"Itu makin menyulitkan untuk menciptakan transaksi di pasar seken. Siapa yang mau beli?," tanya Hendra.
Sekolah, pasar, rumah sakit, pusat olahraga, pusat belanja, tempat hiburan, dan rumah ibadah itu menjadi persyaratan utama.
Demikian halnya kesempatan berbisnis, dan berjualan. Kesempatan tersebut, kata Hendra, harus diciptakan pengembang agar mampu menarik pengunjung datang.
"Jika seluruh faktor tersebut di atas terpenuhi, harga rumah bakal cepat naik," ucapnya.
Adapun faktor-faktor lainnya yang ikut menentukan lonjakan harga rumah adalah masalah keamanan, ketenteraman, tidak banjir, dan kepastian investasi.
Pembeli harus dapat merasa bahwa rumah yang dibelinya memang berharga (value for money), dan bisa membawa keuntungan investasi.
"Bukan beli rumah yang harganya tidak masuk akal, tetapi kualitas dan pengelolaannya mengecewakan," tuntas Hendra.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.