Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Holcim Gelar Kompetisi Desain Konstruksi Berkelanjutan

Kompas.com - 28/10/2016, 19:00 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Produsen semen Holcim melalui LafargeHolcim Foundation for Sustainable Construction kembali membuka kompetisi desain konstruksi berkelanjutan.

Kompetisi tersebut dikemas dalam acara LafargeHolcim Awards yang sebelumnya dikenal dengan nama Holcim Awards.

Ajang yang memasuki tahun kelimanya ini mencari proyek unggulan baik dari profesional maupun generasi muda tentang konsep konstruksi berkelanjutan yang digabungkan dengan keunggulan arsitektur.

Adapun yang menjadi penilaian dalam kompetisi tersebut adalah ide-ide dengan kemampuan mengatasi tantangan urbanisasi dan peningkatan kualitas hidup.

Pasalnya, selama 60 tahun urbanisasi, populasi di perkotaan meningkat rata-rata sebesar 4,4 persen. Puncaknya pada 2013, populasi perkotaan di Indonesia mencapai 130 juta jiwa atau 52 persen dari total penduduknya.

Kurang dari 10 tahun sejak saat ini atau tepatnya pada 2025, populasi perkotaan ditaksir meningkat menjadi 68 persen.

Masyarakat yang berbondong-bondong pindah dari desa ke kota memicu maraknya pembangunan yang dapat berdampak langsung pada kualitas hidup dan lingkungan di dalamnya.

Cara kita merancang serta membangun sangat berpengaruh terhadap kehidupan serta ruang di mana kita beraktivitas.

"Itulah mengapa LafargeHolcim Foundation menjalin kemitraan untuk mempromosikan konstruksi berkelanjutan di sepanjang rantai nilai dari desain hingga pembangunan,” jelas Sustainable Development Manager Holcim Indonesia Oepoyo Prakoso, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (28/10/2016).

Lafarge Holcim Foundation telah mengidentifikasi lima target isu yang bisa memperjelas tujuan mempertahankan habitat manusia untuk generasi masa depan dan sekaligus menjadi dasar penilaian LafargeHolcim Awards.

"Salah satu caranya dengan menerapkan 5 kriteria konstruksi berkelanjutan, yaitu Progress yang inovatif dan dapat dicontoh, People yang etis dan melibatkan masyarakat, Planet untuk keberlanjutan lingkungan dan sumber daya alam, Prosperity menggambarkan layak secara ekonomi, dan Place untuk memenuhi unsur estetis," ucap Guru Besar Jurusan Arsitektur UI Gunawan Tjahjono.

LafargeHolcim Awards 2016 dibagi menjadi dua kategori, yakni utama dan Next Generation. Untuk kategori utama pesertanya adalah arsitek, perencana, insinyur, mahasiswa jurusan terkait, pemilik proyek, pengembang, dan kontraktor.

Syaratnya, mereka mesti menunjukkan praktik konstruksi berkelanjutan menggunakan teknologi, memerhatikan aspek lingkungan sosial ekonomi, dan menerapkan budaya dalam perencanaan konstruksi proyeknya.

"Proyek harus telah mencapai tahap lanjutan dari sisi desain, memiliki probabilitas tinggi untuk dieksekusi, dan belum memulai proses pembangunan sebelum 4 Juli 2016," tambah Oepoyo.

Sementara itu, untuk peserta di bawah usia 30 tahun, bisa mengikuti kompetisi LafargeHolcim Awards untuk kategori Next Generation.

Pada kategori ini, peserta yang merupakan mahasiswa dan profesional muda bisa mengirimkan konsep atau ide visionernya tentang pembangunan berkelanjutan.

LafargeHolcim Awards merupakan kompetisi yang dibagi dalam lima wilayah geografis. Masing-masing wilayah tersebut akan dinilai oleh juri dan tim ahli dari wilayah bersangkutan.

Indonesia yang termasuk wilayah Asia Pasifik akan dinilai oleh dewan juri dari Australia yakni Donald Bates, Chair of Architectural Design dan Profesor dari University of Melbourne serta Direktur dari LAB Architecture Studio.

"Para pemenang akan diumumkan pada pada pertengahan tahun 2017 dan secara otomatis lolos ke kompetisi LafargeHolcim Awards global pada 2018," pungkas Oepoyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau