Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menepis Anggapan Buruk tentang Pengembang China

Kompas.com - 03/10/2016, 07:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

HANGZHOU, KOMPAS.com - Apa yang ada dalam benak Anda saat terucap kata "China"? Dalam konteks ekonomi yang tebersit adalah barang murah berkualitas rendah. 

Anggapan Anda tak sepenuhnya keliru. Di sektor properti, pengembang-pengembang China yang masuk Indonesia makin menguatkan stigma itu.

Tak satu pun dari mereka yang sudah sukses merekam jejaknya. Sebaliknya, ada di antara mereka yang malah terantuk perizinan dan bermasalah dalam perolehan lahan. 

Menurut CEO Leads Property Indonesia Hendra Hartono, jika dibandingkan dengan Jepang, rekam jejak pengembang China masih kalah jauh.

"Yang masuk Indonesia memang makin banyak. Tetapi belum terlihat prestasinya. Belum ada satu pun pengembang China yang menyelesaikan proyek-proyeknya di Indonesia," ujar Hendra.

Menjadi wajar, kata Hendra, hingga saat ini masyarakat Indonesia masih melihat produk properti Jepang lebih unggul dibanding China.

Keunggulan Jepang tersebut, imbuh Hendra, ada pada kualitas bangunan, konsep, layanan purna jual, hingga sumber daya manusia yang mengelola proyek properti yang dikembangkan.

Sebut saja Intercontinental Hotel, Perkantoran Mid Plaza, dan supeblok Senayan Square yang terdiri dari Senayan Residence, Plaza Senayan, Senayan Arcade, Perkantoran Sentral Senayan, dan Fairmont Hotel.

"Karena itu, setahu saya hanya Sonangol Land mengembangkan properti di lahan premium Jakarta, lainnya bermain di pinggiran," tuntas Hendra.

Untuk diketahui, China Sonangol Land telah mengakuisisi EX Plaza Indonesia, Thamrin, Jakarta Pusat, demi dikonversi menjadi pengembangan multifungsi EX Building yang mencakup perkantoran, ruang ritel, kondominium, dan service apartment

Selain mengakuisisi EX Plaza, China Sonangol Land juga bermitra dengan Sampoerna Group. Keduanya sepakat akan membangun dua menara baru Sampoerna Strategic Square di Jl Jendral Sudirman, dengan kapasitas area sewa seluas 234.000 meter persegi. Kedua gedung ini berdiri di atas lahan seluas 34.735 meter persegi.

Hilda B Alexander/Kompas.com Salah satu proyek China Communications Construction Group (CCCG) di Hangzhou, Young City. Tipikal proyek CCCG adalah mengusung 4 H, health, high quality education, happiness and heritage.
Benarkah demikian? Pendapat Hendra pun tak sepenuhnya benar. 

Kompas.com berkesempatan memenuhi undangan China Communications Construction Group (CCCG) selama lima hari, 26-30 September 2016 untuk meninjau secara langsung enam proyek properti mereka di Hangzhou, dan Shanghai.

Di China, sayap properti mereka adalah Green Town, sementara di Indonesia mereka beroperasi atas nama PT China Harbour Jakarta Real Estate Development.

"Nama Green Town adalah jaminan mutu. Kami top five di China dan 110 menurut Global Fortune 500," ujar Assistant General Manager PT China Harbour Jakarta Real Estate Development Stanley Handawi.

Baca: BUMN China Naik Peringkat 110 Global Fortune 500

GreenTown juga, menurut Head of Sales PT China Harbour Jakarta Real Estate Development Simon Suhendro sangat populer.

Mereka telah menggarap 400 proyek properti di 90 kota di China dengan total 20 juta meter persegi telah dilakukan serah terima sejak 2006.

Mereka juga dikenal karena konsep pengembangannya yang sangat ramah lingkungan (environmental friendly), berkualitas, memperhatikan layanan purna jual, dan membangun komunitas (community development).

"Itu sudah prosedur standar, dan harus kami adopsi di Indonesia. Jadi, stigma pengembang China itu buruk, sepenuhnya salah," imbuh Simon.

Pengembangan 4 H

Dalam mengembangkan proyek-proyeknya, Green Town selalu mengusung unsur 4 H yakni health (kesehatan), heritage (budaya), high quality education (pembelajaran), dan happiness (kebahagiaan). 

Hilda B Alexander/Kompas.com Salah satu proyek China Communications Construction Group (CCCG) di Hangzhou, Taohuayuan. Tipikal proyek CCCG adalah mengusung 4 H, health, high quality education, happiness and heritage.
"Tujuannya tak lain adalah agar konsumen dapat menikmati kehidupan baru yang lebih baik," sebut General Manager Sales and Marketing PT China Harbour Jakarta Real Etate Development Ferry Thahir.

Konsep 4 H ini memang terimplementasi dengan begitu baik di keenam proyek yang Kompas.com kunjungi, yakni Xi Xi Cheng Yuan, Taohuayuan, Taoli Chunfeng, Young City, Liu Xiang Yuan, dan Shanghai Bund House.

Di Xi Xi Cheng Yuan, misalnya. Sesuai namanya, deretan apartemen ketinggian rendah yakni 13 lantai, dikelilingi kebun dan taman yang ditata apik dan terawat dengan baik.

Bahkan, di setiap sudut taman, terdapat pet house atau rumah untuk binatang peliharaan yang berisi plastik-plastik hitam.

Plastik ini bisa digunakan oleh penghuni apartemen agar binatang peliharaan mereka tidak membuang kotoran sembarangan.

Sementara itu, dari segi arsitektural, apartemen ini penuh dengan bukaan, selain tembok berselubung granit.

Bukaan tersebut direpresentasikan oleh jendela kaca yang besar, sehingga memungkinkan udara, dan cahaya matahari masuk ke dalam unit. 

Untuk dapat tinggal di apartemen nan asri ini, Anda harus merogoh kocek Rp 72 juta per meter persegi dengan dimensi serentang 160 meter persegi hingga 280 meter persegi.

Hilda B Alexander/Kompas.com Salah satu proyek China Communications Construction Group (CCCG) di Hangzhou, Taolichunfeng.
Proyek berikutnya berturut-turut adalah Taohuayuan, dan Taoli Chunfeng. Serupa dengan Xi Xi Cheng Yuang, dua proyek tersebut sarat dengan ruang terbuka hijau, penataan taman yang apik, serta infrastruktur berupa jalan lingkungan dengan kualitas sangat baik. 

Bedanya, dua proyek ini merupakan landed house yang ditujukan untuk kalangan mapan. Betapa tidak, di Taohuayuan terdapat rumah tapak termahal se-antero China.

Dalam catatan Sotheby's International Realty, rumah termahal tersebut ditransaksikan dengan harga 1 miliar yuan atau nyaris Rp 2 triliun.

Mengapa demikian mahal? 

Kompleks perumahan Taohuayuan yang berarti "Utopia" berlokasi di pulau privat kawasan Danau Dushu dengan luas area 180 hektar.

Rumah termahal itu berisi 32 kamar tidur, ruang anggur, kolam renang tepi danau, dan taman yang menjadi situs warisan dunia UNESCO.

Adapun harga rumah termurah sekitar Rp 40 miliar untuk ukuran 300 meter persegi.

Meskipun mahal, rumah-rumah di sini diserbu peminat untuk dijadikan sebagai rumah akhir pekan atau sekadar instrumen investasi.

Sementara Young City ditujukan untuk kalangan keluarga muda, dosen, karyawan, dan profesional muda.

Harganya yang menembus angka Rp 48 juta per meter persegi untuk ukuran 90 meter persegi hingga 140 meter persegi, bisa dijangkau oleh mereka yang berpenghasilan terendah di Hangzhou.

Penghasilan terendah di kota ini, yakni sekitar Rp 14 juta hingga Rp 20 juta per bulan.

Menempati area seluas 80 hektar, Young City akan berisi total 3.800 unit. Dari total luas lahan tersebut, 7 hektar di antaranya dialokasikan untuk rruang terbuka hijau dan fasilitas lainnya sesuai dengan konsep yang diusung Green Town. 

Jaring pengaman

Yang menarik dan harusnya menjadi pembelajaran bagi pengembang Indonesia adalah teknologi dan manajemen konstruksi yang diterapkan. 

"Kami menggunakan teknologi terbaru serta manajemen konstruksi paripurna," buka Tommy, staf marketing Green Town untuk proyek Liu Xiang Yuan. 

Tommy tidak membual, hal itu terbukti dari situs proyek yang sangat rapi, bersih, dan terencana dengan baik.

Hilda B Alexander/Kompas.com Salah satu proyek China Communications Construction Group (CCCG) di Hangzhou, Liu Xiang Yuan. Tipikal proyek mengusung konsep 4 H, health, happiness, high quality education, and heritage.
Struktur yang belum jadi atau masih dalam konstruksi diselubungi jaring pengaman berwarna hijau mulai dari lantai dasar hingga teratas.

Alhasil, tak ada setitik pun cipratan adukan semen, atau debu yang beterbangan di udara memenuhi situs proyek. 

Calon konsumen pun dapat dengan nyaman dan aman meninjau ruang pamer (show unit) di lantai tertentu tanpa khawatir material konstruksi mengenai kepala atau busana mereka. 

"Intinya, kami membangun proyek ini dengan kualitas tinggi. Baik teknologi, material yang digunakan maupun manajemen konstruksi," sebut Tommy.

Menurut Ferry, Green Town membangun ruang pamer, dan juga galeri marketing layaknya properti siap huni. 

Berbeda dengan di Indonesia, ruang pamer dan galeri marketing hanya berupa dummy dan tak dapat digunakan.

Sementara ruang pamer dan galeri marketing proyek Green Town dibangun dengan kualitas yang sama persis dengan yang didapatkan konsumen.

Termasuk eksterior, interior, furnitur tertentu yang tidak dapat dipindahkan, cat, jaringan kabel listrik, dan fasilitas lainnya.

"Pembeli dapat merasakan suasana unit apartemen yang akan mereka tinggali. Lagipula ruang pamer atau galeri marketing ini kelak dimanfaatkan sebagai fasilitas publik," jelas Ferry.

Premium

Sedangkan proyek Green Town di Shanghai yang diklaim premium dan prestisius adalah Shanghai Bund House. 

Menempati kawasan elite Shanghai Bund, proyek ini dibanderol dengan harga selangit yakni Rp 300 juta per meter persegi hingga Rp 760 juta per meter persegi atau Rp 90 miliar sampai Rp 400 miliar.

Nyaris mendekati harga apartemen di Central Business District (CBD) Hongkong yang sudah mencapai Rp 1 miliaran per meter persegi.

Hilda B Alexander/Kompas.com Salah satu proyek China Communications Construction Group (CCCG) di Shanghai, Shanghai Bund House. Proyek ini mengadopsi desain klasik Hyde Park London, Inggris.
"Harga properti Shanghai bisa jadi sejajar dengan Hongkong tak lama lagi. Sekitar dua tahunan. Karena per tahun saja di sini harganya mengalami kenaikan 20 persen," sebut staf marketing Green Town untuk proyek Shanghai Bund House, Rocky Lu. 

Lagi, kendati harganya tinggi, para pemilik bisnis (business owner), pesohor, investor dan pengendali saham tetap membelinya. 

Dengan mengadopsi arsitektur dan interior berdesain klasik Hyde Park Inggris, Green Town menawarkan gaya hidup bak Ratu Elizabeth di Inggris sana.

Daan Mogot City

Simon menjelaskan, apa yang sudah dilakukan Green Town di China akan mereka adopsi dan kembangkan di proyek Daan Mogot City di Jakarta Barat.

Dari total 16 hektar lahan yang akan digarap untuk 24 menara apartemen, 40 persen di antaranya dialokasikan untuk ruang terbuka hijau dan beragam fasilitas macam rumah sakit, fasilitas pendidikan, dan community development.

Megaproyek ini diproyeksikan menelan dana gross development value (GDV) sekitar 1 miliar dollar AS, atau Rp 13 triliun. Sebanyak 10 persen di antaranya untuk belanja lahan.

Pembangunan Daan Mogot City akan dimulai pada akhir kuartal I-2017 dan ditargetkan rampung 24 bulan kemudian.

"Apabila meleset dari target atau kami wanprestasi, jaminannya uang kembali. kami bayarkan unit-unit yang telah dibeli dengan harga aktual," tandas Simon.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau