JAKARTA, KOMPAS.com - Membangun gedung hijau atau berkelanjutan masih dipandang sebelah mata atau tidak penting .
Alih-alih untuk kelestarian lingkungan, tujuan membangun gedung hijau adalah untuk menarik para penyewa asing.
"Kalau gedung kantor yang besar berupaya menarik penyewa asing biasanya gedung hijau, karena orang asing kalau masuk langsung sewa beberapa lantai," ujar Ketua Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) Davy Sukamta kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Meski langsung menyewa sejumlah lantai gedung kantor sekaligus, orang asing ini memiliki kewajiban khusus dari negara asalnya.
Kewajiban ini adalah harus menempati gedung yang dibangun secara berkelanjutan.
"Jadi, penyedia mau ngga mau mengikuti tren itu kan. Kalau ngga ikuti, ngga dapat penyewa (asing)," tutur Davy.
Ia menambahkan, membangun gedung hijau memang sedikit lebih mahal daripada yang konvensional. Namun, hal ini tergantung dari kategorinya.
Berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan Green Building Council Indonesia (GBCI), ada 4 kategori untuk gedung hijau, mulai dari yang paling rendah sampai tinggi yaitu Bronze, Silver, Gold, dan Platinum.
Menurut Davy, kebanyakan gedung di Indonesia, khususnya Jakarta, hanya memegang predikat Silver dan Gold.
Pasalnya, untuk mengambil kategori paling tinggi, yaitu Platinum, biayanya cukup besar.
"Kalau ambil kelas yang paling tinggi, menurut saya ya, akhirnya jadi reklame orang asing. Habis harus pakai barang begini-begini yang hanya diproduksi di negara ini, misalnya dan harganya bisa naik 30-40 persen," tutur dia.
Davy menambahkan, yang penting tujuannya adalah untuk lingkungan berkelanjutan namun tetap mendukung industri lokal.
Ia juga mengatakan, pemilik gedung tidak perlu harus memaksakan diri mendapatkan predikat Platinum sampai harus mengejar produk luar negeri.
Jika demikian, pihak yang diuntungkan lagi-lagi perusahaan asing.
"Karena ingin Platinum, terus mau pakai barang luar negeri semua? Menurut saya tidak masuk akal," jelas Davy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.