TOKYO, KOMPAS.com - Penundaan pembelian yang dilakukan investor asing diiringi dengan penguatan yen membuat harga rata-rata kondominium di Tokyo jatuh 5 persen ke angka 563 ribu dollar Amerika Serikat (AS) atau Rp 7,3 miliar.
Demikian laporan oleh Nikkei Asia Review yang mengutip data terbaru dari Real Estate Economic Institute.
"Dengan penguatan mata uang yen, kami tidak melihat ledakan pembelian yang dulu sempat terjadi," kata salah seorang sumber dari kantor broker properti Taiwan yang beroperasi di Jepang Sinyi Realty.
Menurut laporan Nikkei Asia Review, para pemilik kondominium di Jepang saat ini mulai menjual unit-unit yang ada pinggir laut Tokyo yang juga menjadi area beberapa venue Olimpiade 2020.
Sebuah aksi beli China dilaporkan terjadi di Tokyo pada 2015 silam. Hal itu terjadi lantaran adanya dorongan depresiasi yen selama 22 tahun terakhir dan demam Olimpiade 2020.
Pembeli China kemudian membantu mendorong harga apartemen di Tokyo mencapai puncaknya setelah terakhir terjadi pada 1990.
Di sisi lain, penduduk lokal yang kaya justru menghadapi hambatan dalam membeli kondominium mewah lantaran adanya aturan pajak di sana.
Presiden konsultan Oraga HSC Tomohiro Makino mengatakan bahwa pengawasan penghindaran langsung marak terjadi di Tokyo karena investasi kondominium di sana tengah tinggi-tingginya.
"Tidak ada rencana apapun untuk properti-properti besar dengan unit-unit mewah untuk bisa masuk ke pasaran layaknya tahun lalu," pungkas peneliti di Real Estate Economic Institute Tadashi Matsuda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.