Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China dan Hongkong Anjlok, Transaksi Properti di Singapura, Jepang, dan Australia Menguat

Kompas.com - 02/08/2016, 12:00 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

KOMPAS..com - Volume transaksi properti di Asia Pasifik pada semester I-2016 sedikit menyusut seiring menguatnya kinerja di Singapura dan stabilnya pasar Jepang serta Australia yang ditahan dengan menurunnya kinerja pasar di Hongkong dan China daratan.

Baca: Transaksi Properti di Asia Pasifik Menurun

Di Singapura, jumlah transaksinya lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Hal itu didorong oleh penjualan Asia Square Tower 1 yang menembus angka 2,45 miliar dollar Amerika Serikat (AS) dan menjadikannya sebagai transaksi menara tunggal terbesar di Asia Pasifik.

Sementara itu Jepang sebagai pasar terbesar di Asia Pasifik mengalami peningkatan jumlah transaksi sebesar 16 persen dibanding kuartal IV-2015 dalam mata uang dollar AS, tetapi jumlah itu hanya naik 4 persen dalam mata uang Yen.

Sedikitnya kesepakatan jual beli skala besar yang terjadi di pasar disebabkan kelangkaan aset berkelanjutan.

Para pemilik tanah tak terlalu berminat menjual asetnya melainkan mengejar pembiayaan kembali yang lebih murah sambil menahan aset-asetnya.

"Dengan menguatnya mata uang Yen dan meningkatnya daya beli, kami mulai melihat investor-investor Jepang mengejar yield dan diversifikasi di pasar luar negeri," ucap Kepala Penelitian Pasar Modal Asia Pasifik Jones Lang LaSalle (JLL) Megan Walters.

Lebih lanjut dia mengatakan peningkatan tajam yang terjadi pada mata uang Jepang bisa mendorong Bank Of Japan untuk bergerak lebih dalam ke suku bunga negatif dan mulai menginisiasi pelonggaran kuantitatif.

Sedangkan di Australia, jumlah transaksi secara umum stabil dari tahun 2015 hingga sekarang namun meningkat 32 persen secara kuartal ke kuartal menjadi 4,4 miliar dollar AS.

Pembeli asing menyumbang sekitar 47 persen dari total transaksi di negeri kangguru tersebut.

Sebaliknya transaksi yang terjadi di China justru anjlok 24 persen bila dibandingkan dengan kuartal IV-2015 namun naik 96 persen bila dibandingkan dengan kuartal pertama 2016.

Terbatasnya produk di pasaran pada periode ini mengikuti banyaknya penjualan aset perkantoran tahun lalu. Ketatnya tingkat imbal hasil aset inti perdagangan juga telah memperkecil jumah investor yang ada.

Penurunan jumlah transaksi sebesar 59 persen terjadi di Hongkong pada kuartal II-2016 ini. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi penjualan dua kuartal sebelumnya yang kuat dan mencetak transaksi tingkat tinggi.

Kendati penjualan melambat, Kepala Pasar Modal Asia Pasifik JLL Stuart Crow memperkirakan bahwa modal keluar dari China tetap aktif dalam 12 bulan ke depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau