Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/06/2016, 12:22 WIB
|
EditorLatief

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini, meskipun terus berjalan, pembangunan perumahan dalam Program Sejuta Rumah di Papua bukannya tanpa hambatan. Hambatan itu kemudian berimbas pada minimnya serapan anggaran pembangunan perumahan di sana.

"Ketika pada 1 Juni lalu Dirjen Pembiayaan Perumahan Kementerian PUPR datang ke sini, dia mau menarik yang seribu rumah dari BPD karena pencairan kami rendah," kata Ketua DPP Real Estat Indonesia (REI) Papua, Nelly Suryani atau akrab disapa Maria, kepada Kompas.com, Senin (20/6/2016).

Maria kemudian menyebutkan bahwa setidaknya ada tiga kendala dihadapi REI Papua dalam membangun perumahan tersebut. Kendala pertama adalah defisit daya listrik.

Maria menuturkan bahwa defisit itu hampir terjadi di seluruh kota dan kabupaten di Papua. Akibatnya, banyak rumah terbangun yang belum dipasangi meteran dan tidak bisa dialiri listrik. Hal itu kemudian berpengaruh pada realisasi okupansi rumah-rumah yang sudah terbangun.

Kendala kedua, menurut Maria, adalah regulasi yang tidak sesuai antara di tubuh pemerintah daerah (pemda) dengan pemerintah pusat.

"Pemda masih banyak yang belum mengerti Sejuta Rumah. Contohnya pusat melalui Permen PUPR nomr 25 sudah mengamanatkan pembangunan rumah subsidi ini tidak dipungut biaya pada semua perizinan, tapi nyatanya di lapangan itu masih banyak pungutan," jelas dia.

Terakhir, lanjut Maria, adalah kendala dari lahan yang kerap diklaim sebagai tanah adat. Padahal, dia dan timnya mengaku sudah memegang sertifikat atas lahan tersebut.

Ketiga masalah itu kini membuat Maria khawatir anggaran sebesar Rp 1 triliun untuk membangun 5.500 rumah subsidi ditarik oleh pemerintah pusat karena minim diserap.

Namun, kendati dihadapkan banyak masalah, REI Papua telah membangun 2.000 rumah dan merealisasikan okupansi hunian rumah tersebut sebanyak 1.200 unit dari total 6.500 rumah baik subsidi dan nonsubsidi yang dibangun pada tahun ini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+