Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi "Jaring Laba-laba" Mulai Diperkenalkan

Kompas.com - 21/06/2016, 19:04 WIB
M Latief

Penulis

Sumber ANTARA

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia sangat membutuhkan sumber daya manusia yang inovatif untuk meningkatkan daya saing. Kesiapan SDM tersebut harus didukung produk-produk dalam negeri yang inovatif untuk memperkuat daya saing mereka.

Kris Suyanto, Presiden Direktur PT Katama Suryabumi mengatakan hal itu, Minggu (19/6/2016), terkait upaya pemerintah untuk mengembangkan teknologi yang mampu melibatkan sumber daya manusia di daerah-daerah. Untuk itu, Kris merasa perlu mendorong pengembangan teknologi inovasi karya anak negeri yang mampu meningkatkan daya saing bangsa di pasar global.

Katama sendiri merupakan perusahaan pemegang paten konstruksi sarang laba-laba (KSLL) sebagai inovasi konstruksi tahan gempa. KSSL merupakan temuan almarhum Sutjipto bersama Mathlaul Anwar dan para akademisi ITB, ITS, serta Undip dan didukung Kementrian Ristek Dikti, PUPR dan Perhubungan.

Adapun salah satu inovasi berikut yang telah dikembangkan bersama kalangan akademisi dan Kementerian Ristek Dikti adalah teknologi Jalla (Jaring Laba-Laba). Melalui teknologi ini bahkan telah hadir Dr. Helmy Darjanto, ahli sipil yang mengkhususkan diri di bidang teknologi tersebut.

"Saya berharap teknologi Jalla ini dapat menjadi solusi percepatan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia, khususnya daerah perbatasan dan Papua," ujar Kris.

Kris juga mengatakan untuk mewujudkan industrialisasi infrastruktur jalan beton pra-cetak, pemerintah dapat memanfaatkan BUMN konstruksi yang saat ini sudah memiliki jaringan di seluruh wilayah Indonesia. Melalui industrialisasi infrastruktur jalan beton pracetak sistim Jalla, sebanyak 90 persen kebutuhan konstruksi dapat dikerjakan di pabrik dan hanya 10 persen di lapangan.

"Saat ini sudah dipetakan wilayah-wilayah di tanah air yang memenuhi syarat untuk dibangun pabrik beton pracetak, yakni memiliki banyak bahan pendukung seperti semen, besi, pasir dan lain sebagainya serta tidak terlalu jauh dari lokasi jalan yang akan dikerjakan," jelas Kris. 

"Beton pra cetak ini menggunakan sistem rangkaian atau knockdown sehingga mudah untuk dibawa menuju lokasi-lokasi yang diinginkan serta mudah dalam pekerjaannya," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau