Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apartemen Bersubsidi Terkoneksi "LRT" Hanya Rp 198 Juta

Kompas.com - 05/06/2016, 23:43 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Konsep pengembangan transit oriented development (TOD) yang mengintegrasikan properti hunian dan komersial dengan transportasi publik adalah pilihan masa depan dan paling rasional yang dapat dibangun pengembang.

Melonjaknya jumlah populasi dan migrasi urban yang mendorong pertumbuhan permintaan hunian tidak bisa hanya diakomodasi oleh pengembangan berkonsep tapak yang justru akan menggerus ketersediaan lahan dan optimalisasinya.

Jika hal ini terus berlanjut, beban kawasan akan semakin berat. Hasilnya adalah intensitas mobilitas yang kian hari semakin tinggi. Di sisi lain, daya dukung dan kondisi infrastruktur terbatas, sehingga beban angkutan tak dapat dikendalikan. 

Contoh kasus dari pengembangan kawasan berbasis hunian tapak yang dilakukan secara sporadis adalah di sepanjang jalur Transyogie, Cibubur-Cileungsi. 

Ketika puluhan proyek besar skala kota berisi ribuan unit rumah tapak memenuhi ruas jalan yang hanya sepanjang 6 kilometer tersebut, yang terjadi adalah demonstrasi antrian kendaraan panjang.

Kemacetan tak hanya terjadi pada jam kerja melainkan setiap waktu selama tujuh hari dalam seminggu. Terlebih pada saat akhir pekan, berbagi ruang di jalan Transyogie sama halnya dengan menguji kesabaran.

Karena itulah konsep pengembangan TOD dipilih dan dianggap lebih ideal. Selain karena efisiensi pemanfaatan lahan, juga bisa memaksimalkan alokasi ruang terbuka hijau (RTH).

Sementara di sisi lain, TOD juga menawarkan kepraktisan gaya hidup, efisiensi waktu, dan potensi pertumbuhan ekonomi.

Kehadiran Podomoro Golf View, salah satu dari konsep TOD yang sedang direalisasikan selain megaproyek Grand Dhika City Bekasi garapan PT Adhi Persada Properti, adalah untuk mengurai masalah yang dihadapi kawasan Cibubur-Cileungsi.

Megaproyek yang pembangunan tahap awalnya ini menelan dana Rp 1 triliun, terkoneksi dengan stasiun hub light rail transit (LRT) trase Bogor-Cibubur-Cawang. Selain juga terkoneksi dengan akses Tol Cimanggis-Cibitung, dan Tol Jagorawi.

Podomoro Golf View diklaim sebagai jawaban bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang tak mampu membeli rumah tapak, namun ingin tinggal di Cibubur, dan sekitarnya.

Harga yang dipatok Rp 9,4 juta per meter persegi atau Rp 198 juta untuk unit tipe studio ukuran 21 meter persegi.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN Presiden Joko Widodo saat peletakan batu pertama proyek sistem transportasi kereta ringan (light rail transit/LRT) Jabodetabek di kawasan Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Rabu (9/9/2015).
MBR bisa mengakses apartemen ini dengan memanfaatkan subsidi dari pemerintah melalui skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). 

Director PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) Paul Christian menjelaskan, Podomoro Golf View memang didedikasikan untuk MBR. Mereka dimudahkan untuk dapat membeli dan memiliki rumah layak huni.

Kendati murah, namun dilengkapi berbagai fasilitas penunjang dengan kualitas dan penataan yang lebih baik dibanding properti sekelas sebelumnya yang dikembangkan APLN yakni Kalibata City, Green Bay Pluit, dan Gading Nias Residence.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau