Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karya Mahasiswa Arsitektur Bukan Cuma Maket

Kompas.com - 28/05/2016, 10:55 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Pameran material dan interior Indobuildtech di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, tidak hanya menampilkan produk-produk dari perusahaan secara komersial, namun juga karya para mahasiswa dari beberapa universitas.

Mereka ini mewakili Universitas Pembangunan Jaya, Universitas Kristen Indonesia, Universitas Pancasila, Universitas Gunadarma, Universitas Indonesia, dan Institut Teknologi Indonesia.

Saat berkeliling ruang pamer, Kompas.com menemukan karya-karya menarik dari tugas akhir yang dikerjakan para mahasiswa tersebut.

Selain bentuknya yang beragam, karya-karya ini juga mendapat apresiasi pengunjung pameran karena dibalut dengan warna-warna cerah.

Karya yang ditampilkan tidak hanya berbentuk maket seperti kebanyakan tugas akhir yang dibebankan kepada para calon arsitek tersebut.

Para mahasiswa ini menampilkan sketsa, rencana induk bangunan, dan rencana induk kawasan.

Mulai dari yang tradisional seperti rumah adat hingga desain futuristik. Semuanya berasal dari ide-ide cerdas mahasiswa.

"Karya ini ada dari setiap angkatan. Satu orang satu maket, karena tugas itu lebih sering individu," kata mahasiswa semester 4 Universitas Muhammadiyah Jakarta, Endah, kepada Kompas.com, Jumat (27/5/2016).

Endah menerangkan sambil menunjukkan salah satu maket. Karya-karya yang dipamerkan kala itu dibuat oleh mahasiswa baru tingkat akhir.

Bagi mahasiswa baru, biasanya lebih banyak diberi tugas membuat sesuatu yang bernilai estetika.

Tugas ini bertujuan untuk mengasah kemampuan desain sejak dini. Saat baru masuk, mereka tidak langsung diperintahkan membuat rumah.

Stand Universitas Mpu Tantular di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, Jumat (27/5/2016).

Arsitektur vernakular dan tropis

Mahasiswa arsitektur Universitas Muhammdiyah Jakarta juga menempuh pelajaran tentang arsitektur vernakular.

Arsitektur ini dibentuk sesuai dengan perilaku, kebiasaan, atau budaya di suatu daerah. Menurut Endah pelajaran ini menuntut mahasiswa untuk mempelajari desain berdasarkan budaya.

"Kalau orang-orang di daerah bangun rumah kan engga pakai arsitek. Tapi, mereka bisa hasilkan bangunan yang bagus. Nah, jadi kita belajar bagaimana strukturnya," jelas Endah.

Endah juga menceritakan, di kampusnya kini tengah fokus mempelajari aristektur tropis. Menurut dia, hal tersebut sesuai dengan iklim Indonesia.

Dengan menerapkan arsitektur tropis, rumah bisa lebih hemat energi karena banyak memanfaatkan angin dan cahaya matahari.

Jika hanya mempelajari desain dari negara-negara luar yang justru berbeda dari iklim Indonesia, mungkin sulit untuk diterapkan dalam jangka panjang.

Stand Universitas Tarumanagara di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, Jumat (27/5/2016).

Mahasiswa arsitektur adalah calon arsitek berkualitas

Setelah puas memperhatikan karyapara mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta, Kompas.com beralih ke Universitas Tarumanagara.

Di stand perguruan tinggi ini, karya-karya yang ditampilkan lebih banyak berupa maket dan rencana induk.

Maket-maketnya diletakkan di atas papan kayu yang dibentuk menjadi sebuah meja, sementara rencana induk dipajang dengan cara digantung.

Desain-desain yang digantung ini merupakan karya yang sudah pernah masuk dalam kompetisi arsitektural tingkat internasional.

Sisi lain yang cukup membanggakan adalah kebanyakan dari mereka yang mengikuti kompetisi tersebut justru didominasi oleh mahasiswa di tingkat menengah. Pasalnya, mahasiswa tingkat akhir sedang fokus dalam penyusunan skripsi.

Beralih ke maket, bentuknya juga macam-macam. Ada yang membentuk gedung secara memanjang ada pula yang vertikal.

"Untuk maketnya bervariasi ada yang dibuat mahasiswa yang baru masuk, ada juga karya-karya tugas akhir," imbuh asisten dosen di Universitas Tarumanagara, Margaretha.

Ia menceritakan, kebanyakan maket tugas akhir dibuat dalam waktu relatif singkat yakni selama 2 hari.

Cepatnya mahasiswa membuat maket ini karena menggunakan teknik laser cutting. Namun, untuk desainnya sendiri, memakan waktu satu semester.

Calon-calon arsitek ini merupakan harapan bangsa untuk membangun Indonesia lebih baik lagi di waktu mendatang. Sayangnya, banyak dari arsitek-arsitek berkualitas lulusan Indonesia justru memilih untuk bekerja di luar.

Hal tersebut mungkin menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk lebih mengapresiasi arsitek-arsitek muda.

Caranya, dengan apresiasi yang lebih layak dan kepastian hukum dalam menjalankan profesi arsitek di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com