JAKARTA, KOMPAS.com - Pengembang masih menjadikan Medan sebagai salah satu pasar apartemen yang potensial. Sebagai pusat bisnis dan pendidikan terbesar di wilayah barat Indonesia, kebutuhan hunian di kota itu masih cukup besar.
"Di sisi lain, ketersediaan lahannya semakin terbatas dan kondisi lalu lintas di sini (Medan) yang makin crowded juga menjadi alasan orang memilih tinggal di tengah kota sehingga memudahkan mobilitas sehari-hari," ujar Presiden Direktur PT Lima Putra Realti, Bally Saputra, Kamis (19/5/2016), usai menandatangani kerjasama dengan PT PP (Persero) Tbk sebagai kontraktor utama.
Lima Putra Realti merupakan anak usaha Riyadh Group Indonesia yang tengah menggeber proyek Setiabudi Condominium di Medan, Sumatera Utara. Lokasi proyek tersebut berdekatan dengan kampus Universitas Sumatera Utara (USU).
Bally menutukan, nilai kontrak pembangunan proyek apartemen tersebut senilai Rp 296 miliar. Jangka waktu pengerjaan konstruksinya ditargetkan selama 1,8 bulan.
"Selain pasar lokal, kami juga membidik pembeli dari sekitar Aceh dan Riau. Warga di kedua daerah itu banyak yang menyekolahkan anaknya di Medan, di samping ada juga yang membeli untuk investasi," ujar Bally.
Keseluruhan proyek itu terdiri dari tiga tower apartemen dengan total 848 unit dengan dua tipe unit, yakni satu tempat tidur (23 m2) dan dua tempat tidur (48 m2). Harga jualnya mulai dari Rp 350 juta per unit.
"Kami targetkan serah terima unitnya pada akhir tahun depan," ujarnya.
Sementara itu, menurut Presiden Komisaris Riyadh Group Indonesian, Soelaeman Soemawinata, pasar properti di Medan masih menjanjikan, bukan saja karena perannya sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, tapi juga potensi pertumbuhan ekonomi daerah itu. Medan saat ini juga didukung infrastruktur yang komplet, mulai bandar udara bertaraf internasional hingga pelabuhan kelas dunia, yakni Kuala Tanjung.
"Jumlah penduduk terus bertambah, kelompok produktifnya meningkat, serta sistem sosial kalangan muda yang tidak lagi landed house minded. Ini membuat peluang untuk pasar apartemen terbuka lebar," kata Soelaeman.
Ketua Kehormatan Realestat Indonesia (REI) Sumut, Rusmin Lawin, menambahkan bahwa selama ini pasokan hunian vertikal di Medan lebih banyak didominasi apartemen kelas menengah atas. Kehadiran apartemen menyasar segmen menengah dinilainya cukup tepat.
"Kawasan proyek kondominium ini punya captive market besar karena di sekitarnya saja ada 50 ribu jiwa penduduk, ditambah 50 ribu mahasiswa yang kuliah di USU dan beberapa kampus lain di sekitarnya," kata Rusmin yang juga Ketua Apindo Kota Medan itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.