Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Konstruksi Laba-laba" Terbukti Mampu Bersaing

Kompas.com - 12/04/2016, 16:27 WIB
M Latief

Penulis

Sumber Antara

JAKARTA, KOMPAS.com - Konstruksi sarang laba-laba merupakan karya anak negeri yang efisien dan efektif untuk diaplikasikan di daerah rawan gempa. Produk dalam negeri ini sangat mampu bersaing untuk mendapat penunjukkan langsung dalam pengadaan barang dan jasa di tingkat pusat maupun daerah.

Demikian menurut Ketua Unit Layanan Pengadaan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Tri Winarno, terkait kekhawatiran untuk mempergunakan produk dalam negeri. Sesuai dengan Pasal 38 Perpres 54 tahun 2010, produk dalam negeri tetap menjadi prioritas dalam pembangunan.

"Yang penting tidak melanggar peraturan dan mengakibatkan kerugian negara, maka pengadaan produk-produk dalam negeri termasuk produk paten sangat dimungkinkan," kata Tri, Selasa (12/4/2016).

Menurut Tri,dalam pengadaan barang dan jasa itu tim pengadaan harus berpegang pada prinsip 3E, yaitu ekonomis, efisien dan efektif. Jika memang penunjukkan langsung dirasakan lebih 3E, maka hal itu bisa dilaksanakan.

Tri mengatakan, tim pengadaan harus berpegang pada Perpres No 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa. Hal itu mutlak dipelukan agar tidak menimbulkan kerugian negara sehingga pekerjaan sarana dan prasarana harus dipastikan volumenya sudah sesuai dengan gambar atau kontrak.

Dalam proses lelang sarana dan prasarana, lanjut Tri, ada dua hal yang harus dipegang, yakni kompetensi teknis dan legalitas. Setelah itu, menurut dia, barulah mengundang kepada para peserta sesuai kualifikasi untuk mengikuti proses negosiasi teknis dan harga.

"Kemudian dalam menetapkan harga perkiraan sendiri (HPS) harus ada data pembanding, pejabat pembuat komitmen (pelaksana lelang) dapat membentuk tim teknis untuk melakukan survei harga," tambahnya.

Adapun konstruksi sarang laba-laba merupakan produk paten PT Katama Suryabumi. Sebagai pembanding, teknologi konstruksi ramah gempa tersebut telah dipergunakan pada pembangunan gedung BPKP Provinsi Sulawesi Barat, BPKP Provinsi Gorontalo dan BPKP Provinsi NTB.

Sebelumnya, Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang juga ahli di bidang struktur, Prof Herman Wahyudi, pernah mengatakan bahwa keberhasilan bangunan anti gempa terletak pada pondasi bangunan, terutama untuk bangunan bertingkat tiga sampai lima harus menggunakan pondasi yang dilengkapi dengan sejumlah rusuk.

Penggunaan rusuk ini diadopsi dari konstruksi sarang laba-laba yang menggunakan rusuk-rusuk berbentuk segitiga. Dengan begitu, lanjut Herman, meskipun termasuk pondasi dangkal namun sangat kaku rigid sehingga kuat menahan gempa.

"Dalam bidang teknik sipil rusuk berbentuk segitiga dikenal stabil meskipun menerima tekanan (stressing) baik itu gempa atau beban berat," kata Herman.

Hal itulah yang ternyata membuat banyak bangunan di Aceh dan Padang tetap kokoh berdiri sampai sekarang ini, meskipun kedua daerah tersebut beberapa kali terkena gempa besar.
 
Herman berharap kalangan perguruan tinggi dapat terus melakukan riset dan mempelajari kekuatan dari konstruksi sarang laba-laba terhadap gempa. Dia menambahkan, meskipun konstruksi sarang laba-laba termasuk dalam golongan pondasi dangkal, berkat adanya rusuk (ribs) segitiga di dalamnya yang diisi dengan campuran tanah dan pasir padat membuat konstruksi ini kaku (rigid).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau