Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cerita di Balik Desain Kursi Bagi Penderita Kanker

Kompas.com - 06/04/2016, 17:24 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Kursi Putih (Kupu) gelar penggalangan dana untuk para penderita kanker. Kegiatan bertajuk Chairity Indonesia ini adalah berupa pelelangan kursi yang sudah dihias oleh para seniman.

"Kalau saya desain (kursi) sendiri, gak bakal laku. Makanya saya undang seniman, kemudian muncullah konsep ini," ujar Founder Chairity Indonesia Ismis Iskandar saat konferensi pers di Plaza Indonesia, Jakarta, Rabu (6/4/2016).

Dalam Chairity Indonesia 2016 kali ini, sebanyak 50 seniman mendesain 53 kursi yang nantinya akan dilelang.

Setiap kursi yang dihias, memiliki makna tersendiri. Salah satu kursi yang ikut dilelang berjudul "Evoke Emotion" oleh Airlangga SM Komara.

Desain kursi ini menceritakan berbagai emosi yang dihadapi para penderita kanker dan pertempuran yang mereka hadapi.

Bahan denim digunakan untuk mewakili semangat bertahan yang juga merupakan latar belakang yang sendu dari sebuah pertempuran melawan kanker.

Bahan ini pun telah melampaui berbagai macam proses pembatikan, simbol kekuatan dan keanggunannya.

Berhiaskan motif floral dan "parang" yang sekaligus menyimbolkan kekuatan, empati dan juga semangat.

Warna merah digunakan untuk merefleksikan keberanian, kekuatan dan juga cinta. Sementara warna putih pada kursi menggambarkan harapan.

Perang melawan kanker adalah sebuah pertempuran yang sengit dan emosional. "Karya ini didedikasikan bagi semua yang sedang menjalaninya," tulis Airlangga.

Selain Airlangga, Januri juga menorehkan karyanya yang diberi judul "Seni itu Obat". Menurut Januri, seperti obat, ternyata seni punya juga beberapa manfaar sebagai terapi yang menyembuhkan jiwa raga.

Desain kursi berjudul "Seni itu Obat" oleh Januri. Kursi ini masuk dalam daftar lelang yang dananya akan digunakan untuk penderita kanker. Pameran kursi Chairity Indonesia 2016 digelar di Plaza Indonesia, 1-24 April 2016.

Lewat seni, orang bisa mendapatkan pemulihan, pencapaian pribadi, penguatan, relaksasi, serta meredakan sakit dan stres. Seni juga bahkan dinilai bisa mengatasi gangguan mental pada seseorang.

Bagi seniman, membuat karya mampu mengantarkan hati dan badan mereka menjadi lebih baik.

Pengalaman itu sudah dialami Januri ketika mengajak melukis orang-orang yang divonis penyakit berat dan dianggap dekat dengan kematian.

"Dengan terapi seni, mereka bisa melalui hidupnya dengan santai dan lebih bahagia," tulis Januri.

Lewat karyanya, ia berpesan kepada siapapun untuk menggunakan media seni agar hidup lebih indah dan bahagia.

Pasalnya, di hati yang indah dan bahagia, mental dan fisik seseorang akan semakin kuat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com