Masalah Air di Indonesia, Belum Bisa Diakses Seluruh Lapisan Masyarakat

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini, krisis air telah menyebar di dunia. Distribusi sumber daya air  (SDA) juga tidak merata. Terutama air bersih layak konsumsi.

Hingga kini, pengelolaan SDA berfokus hampir secara eksklusif untuk orang-orang tertentu, sehingga air masih sulit diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.

"Selain tidak merata, masalah air di Indonesia adalah terlalu banyak saat musim hujan, terlalu sedikit saat kemarau, dan kotor," ujar Direktur Bina Penatagunaan Sumber Daya Air (SDA) Agus Suprapto, di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Jakarta, Senin (21/3/2016).

Karena itulah, kata Agus, pentingnya membangun infrastruktur seperti bendungan. Bendungan berfungsi untuk menampung air pada saat musim hujan, dan mengalirkannya saat musim kemarau.

Sementara masalah air yang kotor, perlu diselesaikan dengan cara pengelolaan, khususnya di perkotaan. Menurut Agus, untuk mengatasi permasalahan air, dibutuhkan penanganan infrastruktur hingga pengelolaannya.

Di sisi lain, pertambahan penduduk Indonesia kian pesat dan semuanya membutuhkan air. Tak mengherankan jika masalah SDA dan pengelolaannya pun kian kompleks.

Namun, Agus menambahkan, melalui Asia Water Council (AWC), Indonesia bisa belajar dari negara Asia lainnya dalam menangani masalah SDA ini.

"Di forum Asian Water High Level Round Tabel (AWHoT) akan dibahas bagaimana mengatur air lebih baik. Mulai dari infrastruktur, teknologi dan kebijakan-kebijakan," jelas Agus.

AWHoT merupakan diskusi dan debat intensif yang membahas tentang tantangan di bidang SDA di tingkat Asia.

Pertemuan AWHot telah berlangsung sebanyak 4 kali sejak bulan Juni 2014. Kesepakatan yang dihasilkan adalah membentuk Asia Water Council (AWC), sebuah entitas yang lebih berpengaruh untuk mengatasi masalah air di Asia.

Indonesia dipilih menjadi tuan rumah pertemuan pertama Asia Water Council (The lSI General Assembly for Asia Water Council) yang berlangsung di Bali, pada 24-26 Maret 2016.