JAKARTA, KOMPAS.com - Arsitektur berlanggam tropis, masih menjadi tren di Indonesia setelah bertahun-tahun dikembangkan, dan diaplikasikan pada hunian.
Tren ini bahkan diprediksi bakal abadi hingga tahun-tahun berikutnya, mengikuti Indonesia yang beriklim tropis.
"Saya melihat tren arsitektur di Indonesia masih modern tropis. Ini long term banget karena sesuai dengan iklim," ujar arsitek dari biro Gunho & Niken Architects (GNA), Bernadetta Ratna Niken, kepada Kompas.com, di Jakarta, (10/12/2015).
Niken menjelaskan arsitektur tropis masih sangat digemari, karena desain ini bisa beradaptasi dengan musim di Indonesia, yakni hujan dan panas.
Meski arsitektur tropis ini terus-menerus menjadi acuan dalam membangun hunian masyarakat di Indonesia, bukan berarti gayanya monoton.
Menurut Niken, arsitek harus inovatif menambah elemen dalam desain arsitektur tropis.
"Jadi, arsitektur ini bisa ditambahkan dengan elemen dan ornamen yang kuat, yang diolah pada banyak posisi, misalnya fasad atau pintu masuk," jelas Niken.
Elemen atau ornamen ini, kata dia, bisa juga melibatkan seni dan budaya setempat, sehingga tetap terkesan menghargai budaya. Seperti diketahui, Indonesia kaya sekali akan budaya.
Misalnya, budaya batik bisa menjadi ornamen yang diterapkan pada bangunan. Caranya, dengan meletakkan ornamen tersebut di tempat yang tepat.
"Arsitektur kita kaya. Sebenarnya, lebih variatif di Indonesia, dibandingkan negara-negara barat. Kita harus kreatif dan mengembangkannya. Jangan mengambil budaya luar. Kemewahan itu bisa kita tampilkan melalui ornamen budaya," tandas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.