Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepuluh Tahun, Syamsul Terpaksa Tinggal di Gubuk Reyot

Kompas.com - 27/11/2015, 10:33 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Sekitar 50 puluh kilometer dari gedung-gedung tinggi di Jakarta, terdapat desa yang jauh tertinggal pembangunannya.

Desa itu adalah Kedung Dalem, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten. Warganya hidup dengan kualitas lingkungan buruk.

Penghasilan tak menentu sebagai buruh tani dan nelayan membuat mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Jangankan memiliki rumah dengan kamar mandi dan toilet standar, untuk makan saja sulit. Mereka harus puas tinggal di rumah berupa gubuk yang terbuat dari bambu.

Mereka tinggal di gubuk reyot beralaskan tanah dan berdinding bambu serta beratap genteng bocor selama bertahun-tahun.

"Saya dapat (rumah dan tanah) ini dari mertua saya, 10 tahun yang lalu. Sejak pertama diwariskan selama 10 tahun ya begitu-begitu saja (tidak pernah direnovasi)," ujar salah seorang warga desa, Syamsul (37), kepada Kompas.com, Kamis (26/11/2015).

Selama tinggal di rumah berukuran 5 x 5 meter, Syamsul dan keluarganya tidak tenang karena banyak sekali tikus berkeliaran.

Belum lagi saat hujan turun, tutur Syamsul, atap rumahnya tidak mampu menahan air sehingga selalu bocor.

Rumah ini juga tidak memiliki teras. Jadi, saat keluar dari pintu, Syamsul harus menemukan tanah-tanah yang becek.

Keadaan ini tidak hanya dialami oleh Syamsul, tetapi juga mayoritas penduduk Desa Kedung Dalem.

Selain gubuk reyot, mereka juga tidak memiliki fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK). Oleh sebab itu, penduduk terbiasa buang air dan buang air besar (BAB) di sawah atau lahan-lahan di sekitarnya.

Salah satu rumah yang direnovasi oleh Habitat for Humanity bekerjasama dengan Farpoint di Desa Kedung Dalem, Mauk, Tangerang.

Saat mendengar Habitat for Humanity menawarkan bantuan renovasi rumah, Syamsul tidak tinggal diam.

Ia bergegas mengumpulkan syarat-syarat agar rumahnya bisa diperbaiki menjadi lebih layak huni.

"Saya mengajukan kepada RT. Kemudian direspon oleh Habitat, rumah saya dikatakan tidak layak huni. Alhamdulillah, sekarang sudah dibangun kembali. Lingkungan juga lebih tertata," ucap pria yang bekerja sebagai buruh tani tersebut.

Syamsul menambahkan, setelah rumahnya dibangun, ia dan keluarganya merasa memiliki semangat hidup baru.

Tidak hanya rumah, Habitat for Humanity bersama Farpoint Realty juga membangun fasilitas MCK di Desa Kedung Dalem. MCK ini terdiri dari tiga toilet tertutup dan beberapa keran untuk mencuci.

"Sebelum mereka masuk, warga buang air sembarangan dan mencuci harus di kali yang airnya kotor. Sekarang, sudah ada MCK, ibu-ibu mencuci sudah bersih. Airnya juga bisa dimasak untuk diminum," tutur Syamsul.

Habitat for Humanity dan Farpoint membangun fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK) di Desa Kedung Dalem, Mauk, Tangerang, Kamis (26/11/2015).

Ia berharap, Habitat for Humanity bisa memboyong lebih banyak lagi donatur agar pembangunan di desanya terus berlanjut. Syamsul bahkan tidak keberatan jika harus ikut membantu pembangunan tersebut.

Syamsul dan warga lainnya sangat ingin tinggal di lingkungan yang lebih baik dan lebih sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau