JAKARTA, KOMPAS.com - Pengembang masih mengandalkan dana internal perusahaan guna mendukung ekspansi bisnis maupun membiayai konstruksi proyek yang sedang berjalan.
Dalam Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia (BI) terungkap bahwa dana internal tetap menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan properti residensial. Sebagian besar responden yang disurvei BI atau 59,33 persen memilih opsi ini.
Berdasarkan kompoisisi, sumber pembiayaan pembangunan properti dari dana internal perusahaan sebagian besar berasal dari laba ditahan 41,17 persen, modal disetor 37,96 persen, lainnya 17,99 persen, dan joint venture 2,88 persen.
Salah satu pengembang yang menjadikan dana internal perusahaan sebagai sumber utama pembiayaan properti adalah Ciputra Group.
Menurut Chief Executive Officer Ciputra Group, Candra Ciputra, dan internal mendominasi pembiayaan 78 properti yang mereka kembangkan saat ini di 34 provinsi.
"Kami memanfaatkan dana internal perusahaan dengan komposisi sesuai kebutuhan. Ciputra World Jakarta, misalnya, 30 persen sampai 40 persen di antaranya merupakan perseroan. Sementara sisanya dari pre-sales dan pinjaman perbankan," jelas Candra.
Begitu pula dengan PT Summarecon Agung Tbk. Sebagian besar proyeknya didanai pundi internal. Meski demikian, ada juga beberapa proyek yang mereka kerjasamakan dengan skema joint venture dan joint operation.
Pengembang dengan kapitalisasi pasar senilai Rp 16,2 triliun ini, tercatat menjalin kerjasama dengan perusahaan lain di lima proyek.
Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk., Michael Yong, mengatakan, Summarecon Makassar akan digarap pada semester kedua 2016.
"Itu merupakan proyek kerjasama dengan pengembang lokal, konsepnya township development," ujar Michael kepada Kompas.com, Selasa (10/11/2015).