JAKARTA, KOMPAS.com - PT Jababeka Tbk (KIJA) membukukan laba bersih per September 2015 dengan nilai lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun 2014 yakni Rp 71 miliar berbanding Rp 381 miliar.
Penurunan ini terutama disebabkan rugi selisih kurs, yang berkisar Rp 320 miliar pada 2015 dibandingkan dengan Rp 2 miliar di tahun 2014.
Rugi selisih kurs tersebut adalah jumlah selisih bersih dari laba selisih kurs aktivitas operasi perusahaan dan laba nilai pasar atas kontrak lindung nilai terhadap rugi selisih kurs akibat revaluasi atas aktivitas pendanaan (pinjaman dalam mata uang Dollar AS) sebesar Rp 593 miliar.
Saat ini, KIJA telah melakukan lindung nilai berupa call spread 200 juta dollar AS dengan rata-rata rate bawah Rp 13.014 dan rata rata spread Rp 1.950 setara dengan rata-rata atas Rp 14.964.
Sebagai gambaran, sampai dengan September 2015 Rupiah telah terdepresiasi 20 persen, dan upaya lindung nilai ini telah terbukti mengurangi efek dari fluktuasi mata uang sampai dengan batas tertentu.
Pendapatan
Sementara di segmen pendapatan KIJA membukukan nilai Rp 2, 23 triliun atau melonjak 11 persen lebih tinggi dari tahun lalu.
Pertumbuhan pendapatan berasal dari kinerja pilar infrastruktur yang meningkat 17 persen secara tahunan. Demikian halnya dengan pilar leisure & hospitality yang meroket 69 persen menjadi Rp 80 miliar.
Pendapatan pilar properti dan pengembangan lahan sedikit menurun, dengan kontribusi sebesar Rp 795 miliar dibandingkan Rp 807 milyar tahun lalu.
Adapun pendapatan berulang atau recurring revenue yang diperoleh KIJA dari jasa layanan yang berhubungan dengan infrastruktur seperti pembangkit listrik, air, dan dry port memberikan sumbangan 62 persen terhadap total pendapatan konsolidasi Perseroan selama periode 9 bulan tahun 2015.
"Tahun lalu recurring income 58 persen etrhadap total pendapatan perseroan," ujar Sekretaris Perusahaan KIJA, Mujadi Suganda dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Senin (9/11/2015).
Pertumbuhan pilar infrastruktur ini merupakan penyebab utama penurunan marjin laba kotor konsolidasi menjadi 43 persen dibandingkan 45 persen tahun sebelumnya.
Meski memberikan pendapatan stabil dan arus kas yang terukur bagi Perseroan, pendapatan dari pilar infrastruktur mempunyai marjin laba kotor yang lebih rendah dibandingkan pilar properti dan pengembangan lahan.
Sedangkan EBITDA perseroan naik 11 persen menjadi Rp 935 miliar, dibandingkan dengan Rp 841 miliar pada periode yang sama tahun 2014.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.