KOMPAS.com – Harga tanah di kawasan Serpong terus meroket. Citranya sebagai kota mandiri membuat kawasan ini terus mengembangkan konsep proyek terpadu saat membangun properti.
Saat ini, dengan infrastruktur dan akses yang makin lengkap, harga tanah di kawasan itu sudah mengalami kenaikan hingga 300 persen dalam lima tahun terakhir.
Pada dasarnya, peningkatan harga tanah berbanding lurus dengan tren investasi, baik properti maupun lahan di Indonesia. Tak hanya Jakarta, kawasan pinggiran seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi pun terkena imbasnya.
"Harga lahan tertinggi di Jakarta ada di Pondok Indah, Jakarta Selatan dan Menteng, jakarta Pusat. Harga lahan di Pondok Indah dibanderol mulai dari Rp 100 juta per meter persegi, sedangkan di Menteng sekitar Rp 125 juta-Rp 150 juta per meter persegi," tutur Direktur Era Vigo, Riduan Goh seperti dilansir oleh Kompas.com (21/9/2015) lalu.
Di daerah penyangga Ibu Kota, harga lahan berada pada level bervariasi mulai Rp 10 juta hingga Rp 25 juta per meter persegi. Namun, untuk Tangerang Selatan, harga lahannya sudah mulai menyusul Jakarta yakni berada pada posisi Rp 25 juta-Rp 30 juta. (Baca: Terbukti... Serpong Masih Lokasi Favorit Memilih Properti!).
Harga lahan di kawasan itu lebih tinggi karena dipengaruhi oleh pesatnya pembangunan yang dikerjakan oleh pengembang besar. Tak heran, jika perkembangan dan harga lahan di Tangerang Selatan begitu pesat.
Ya, meski berada di pinggir Jakarta, kawasan ini sudah lengkap oleh aneka fasilitas, bahkan dilengkapi dengan akses dan infrastruktur yang relatif lengkap.
Jalur kereta api listrik (KRL) ke arah Jakarta sudah tersedia. Begitu pula ruas jalan tol. Daya jual kawasan Tangerang Selatan, terlebih daerah Serpong kemungkinan kian cerah melihat kecenderungan investor yang berlomba-lomba membidik kawasan tersebut.
Makin tak terkejar
Melihat prospeknya, tak salah kalau kawasan seperti BSD City di Serpong menjadi salah satu dari lima kawasan yang diprediksi Colliers International Indonesia pada 2014 lalu akan mengalami ledakan properti dalam lima tahun lagi.
Kini, harga properti di Serpong kian mahal. Rumah tapak dengan harga ratusan juta rupiah saja sudah menjadi barang langka, baik di BSD City, Gading Serpong, ataupun Alam Sutera.
Orang-orang yang tertarik melirik kawasan itu akan dihadapkan dengan harga rata-rata yang sudah menyentuh angka miliaran rupiah. Kalaupun ada yang memasang harga ratusan juta rupiah, umumnya berlokasi jauh dari kawasan pusat.
Lalu, bagaimana dengan harga lahan dan properti di Jakarta?
Memang, kawasan seperti Pondok Indah atau Menteng sudah sulit dijangkau. Harga yang membumbung tinggi menjadikannya semakin sulit terkejar.
Namun, bila dilihat dari pertumbuhan harga lahan di sana, Serpong masih unggul. Kenaikan harga yang signifikan mulai tak dirasakan lagi di kawasan Jakarta Selatan.
Berdasarkan catatan Kompas.com (28/8/2015), harga lahan di Jakarta, terutama kawasan Jakarta Utara, dan Jakarta Selatan justru terkoreksi alias mengalami penurunan. Lahan yang diharapkan terus meningkat malah turun sebesar 10 hingga 20 persen.
“Koreksi terjadi karena selama kurun dua tahun (2012-2013) saat bisnis properti booming, harga lahan di kedua kawasan tersebut meroket tajam dan cenderung tidak wajar,” kata Prinsipal Li Realty, Ali Hanafia.
Menurut Ali, saat itu, lonjakan harga lahan berlangsung karena permintaan sesaat atau semu. Ketika banyak orang mencari lahan, semua mengarah ke sana.
Lonjakan semu tersebut berakhir pada perubahan harga yang mulai terlihat pada semester kedua tahun 2014 lalu, ketika kondisi perekonomian mulai melambat. Pasar tidak lagi segencar, dan seagresif tahun-tahun sebelumnya untuk mencari lahan-lahan yang ingin ditransaksikan.
“Harga lahan pun mengikuti kondisi ekonomi, hingga kemudian terkoreksi dan kembali kepada kondisi wajar. Saat ini, harga lahan di Jakarta Utara, dan Jakarta Selatan, terutama untuk kawasan-kawasan bisnis dan komersial serentang Rp 70 juta-Rp 80 juta hingga Rp 100 juta per meter persegi,” kata Ali.
Sebelumnya, pada 2012 dan 2013, harga transaksi senilai Rp 100 juta hingga Rp 120 juta per meter persegi. Tak disangka, fakta tersebut membuat Serpong menjadi ceruk pasar baru bagi investor dan pengembang properti.
Tentunya, dengan anggapan harga yang dinilai lebih realistis dan mudah diterima konsumen, tak tertutup kemungkinan bila lima tahun lagi pertumbuhan harga lahan di Serpong semakin signifikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.