Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semarang, Kawah Persaingan Pengembang Properti Pelat Merah

Kompas.com - 02/11/2015, 21:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Jika kelak terbangun dan beroperasi, kehadiran Amartha View menggenapi apartemen lainnya yang sudah lebih dulu hadir dan dipasarkan di Semarang. Hingga saat ini setidaknya terdapat 17 proyek apartemen di ibu kota Jawa Tengah ini.

Selanjutnya, PT HK Realtindo. Perusahaan ini sebelumnya telah memulai konstruksi HAKA hotel. Anak usaha PT Hutama Karya Persero ini menginvestasikan dana senilai Rp 40 miliar untuk membangun fasilitas akomodasi berisi 90 kamar tersebut.

Menurut Presiden Direktur PT HK Realtindo, Muhammad Fauzan, aktivitas bisnis dan investasi di ibu kota Jawa Tengah sedang tumbuh. Posisinya yang strategis menjadikan Semarang sebagai hub bisnis bagi kawasan-kawasan sekitarnya.

"Karena itu, kami confidence membangun hotel bisnis dengan konsentrasi utama pada kegiatan meeting, incentives, convention, dan exhibition atau MICE," ujar Fauzan,Jumat (2/10/2015).

Fauzan menjelaskan, HAKA Hotel ini juga merupakan ekspansi bisnis dan investasi perusahaan di bidang hospitalitas yang berfokus pada pendapatan berkelanjutan (recurring income). Saat ini, kontribusirecurring income terhadap total pendapatan perusahaan masih di bawah 10 persen.

shutterstock Ilustrasi
Karena itu, dalam setahun pertama operasinya, diharapkan dapat menambah kontribusi recurring income sebesar Rp 10 miliar hingga Rp 15 miliar.

Dengan kisaran tarif Rp 400.000 per malam saat hari biasa (weekdays) dan Rp 700.000 saat weekend, Fauzan yakin dalam 7 tahun periode pengembalian investasi (payback periode) akan tercapai.

HAKA Hotel yang ditargetkan beroperasi dalam 18 bulan ke depan, akan menggenapi jumlah kamar hotel di Semarang menjadi 4.035 unit.

Sementara PT Adhi Persada Properti (APP) percaya diri mengembangkan Grand Dhika Commercial Estate berupa rumah toko dan pergudangan. 

Fenomena pergeseran investasi ikut memotivasi perseroan menggarap pasar Semarang. Direktur Properti PT Adhi Persada Properti, Pulung Prahasto, mengatakan, sebelum invasi pengembangan apartemen terjadi secara masif dalam tahun-tahun terakhir, pasar Semarang boleh dikatakan statis. 

"Tidak ada dinamika. Kalaupun masuk proyek apartemen baru, penjualannya lama. Bisa setahun sampai dua tahun baru laku. Ini karena karakter orang-orang Semarang sangat banyak perhitungan dan pertimbangan. Mereka safety player, lebih memilih instrumen investasi konvensional seperti deposito, tabungan, dan emas," jelas Pulung.

Berbeda kondisinya dengan sekarang. Rumah toko dan pergudangan yang dibesut APP, Grand Dhika Commercial Estate, laku terserap pasar kurang dari satu tahun.

"Industri manufaktur, logistik, dan consummer goods serta industri pengolahan makanan membutuhkan gudang penyimpanan. Ini yang kemudian produk kami disambut antusias," tutur Pulung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com