Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemacetan Mengancam Perkembangan Desa-kota

Kompas.com - 17/09/2015, 06:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebutuhan untuk membuat instrumen baru terkait perkembangan desa-kota sangat mendesak. Perlindungan bukanlah solusi. Tanpa intervensi, perkembangan ekonomi desa-kota di Indonesia akan terancam.

Menurut Director-Architect Krill Office for Resillient Cities and Architecture, Harmen van de Wal, ada beberapa tantangan dalam perkembangan desa-kota. Salah satunya adalah ancaman kemacetan.

"Infrastruktur berpengaruh terhadap urbanisasi," ujar van de Wal dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Senin, (14/9/2015).

Jalan-jalan yang melebar membuat plot menarik untuk pengembangan. Analisis menunjukkan, di mana ada pelebaran jalan, ladang sawah akan dijual untuk pembangunan gedung. Hal tersebut secara alami menggantikan jalan setapak menjadi jalan aspal untuk mobil yang mengancam hijaunya desa-kota.

Mobilitas kelas menengah ke bawah juga akan berkurang, mengingat mudahnya membeli sepeda motor dan rendahnya harga bahan bakar. Hal ini mengakibatkan kompetisi yang terjadi pada transportasi umum. Bagaimanapun juga, tanpa transportasi umum yang layak, kemacetan dan polusi akan bertambah.

Perkembangan desa-kota juga akan mendorong jalan arteri yang menghubungkan antara kota dan area desa-kota. Padahal, kapasitas pertumbuhan keduanya terbatas. Hal ini akan mengakibatkan kemacetan di kedua sisi. Kemacetan akan berujung pada rendahnya konektivitas, yang akan merusak perekonomian desa-kota.

Selain kemacetan, terdapat ancaman terkait tergerusnya lahan persawahan. Pasalnya, petani tidak dapat berkompetisi dengan pekerjaan yang ada di kota. Mereka pun tergiur untuk menjual lahan daripada mempertahankannya untuk pertanian.

Akibat mata pencaharian di kota yang lebih mapan, para petani juga bisa kehilangan kepercayaan diri. Terutama para pemuda desa yang terpaksa meninggalkan desanya. Hal ini membuat pasar tenaga kerja menjadi tidak seimbang antara kota dan desa-kota.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau