Menurut Harun, di antara daftar rencana RPJMN tersebut yang tidak realistis adalah rencana pengurangan backlog rumah, air minum, dan sanitasi, rencana pengembangan jaringan jalan, kedaulatan energi (jaringan gas kota sambungan rumah), dan ketahanan air.
"Tingkat kerealistisan rencana-rencana tersebut sangat rendah. Kami menandakannya dengan warna merah. Meski banyak rencana yang berwarna merah, ada juga yang berwarna hijau yang artinya realistis untuk direalisasikan, dan warna kuning yang artinya sedang," tutur Harun kepada Kompas.com, Rabu (2/9/2015).
Harun menyebutkan, daftar rencana dengan tingkat krealistisan rendah adalah penanganan backlog rumah yang harus dituntaskan dalam waktu lima tahun (2015-2019). Sasaran rencana ini sebanyak 2,2 juta unit rumah terbangun yang terdiri dari 1,5 juta unit perumahan formal, dan 700.000 perumahan swadaya. Sementara pertumbuhannya adalah 440.000 unit rumah per tahun (300.000 rumah formal, dan 140.000 rumah swadaya) atau 1.205,48 unit per hari (822 unit rumah formal, dan 384 unit rumah swadaya).
Sementara rencana pengembangan jaringan jalan dengan tingkat kerealistisan rendah, catat Harun, adalah jalan bebas hambatan dengan sasaran 1.000 kilometer. Dengan target jalan sepanjang itu, Kementerian PUPR harus mampu membangun jalan 200 kilometer per tahun, atau 0,55 kilometer per hari.
Demikian halnya dengan pembangunan jalan nasional baru dengan target 2.350 kilometer dalam waktu lima tahun, Kementerian PUPR harus mampu merealisasikannya sepanjang 470 kilometer per tahun, atau 10,41 kilometer per hari.
"Rencana-rencana tersebut tidak realistis karena hingga saat ini tingkat serapan anggaran Kementerian PUPR masih di bawah 30 persen. Padahal ini sudah memasuki semester kedua. Mereka takut menggunakan anggaran," ujar Harun.
Selain itu, tambah dia, komparasi pertumbuhan tenaga kerja, dan nilai konstruksi juga tidak seimbang. Pertumbuhan rerata tenaga kerja selama delapan tahun (2006-2013) adalah 6 per sen per tahun, sementara pertumbuhan rerata nilai konstruksi selama 11 tahun (2002-2012) adalah 21 persen per tahun.