Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Target Sejuta Rumah Tidak Realistis

Kompas.com - 25/08/2015, 08:52 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi cenderung diikuti ketimpangan distribusi pendapatan antara "si kaya" dan "si miskin". Ketimpangan ini terlihat dari angka kebutuhan (backlog) perumahan.

Menurut Kepala Pusat Kajian Perumahan dan Pengembangan Perkotaan Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada (Pusperkim UGM) Budi Prayitno, muncul masalah dilematis antara kemauan dengan realitas yang ada. Dampaknya, pemerintah belum mampu menyeimbangkan antara pasokan dan permintaan rumah.

Kemampuan pemerintah pusat, kata Budi, hanya membangun 98.000 unit hunian per tahun. Perum Perumnas, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang perumahan, hanya mampu membangun 34.000 unit hunian.

"Hal ini merupakan gambaran nyata yang tidak realistis terhadap target Sejuta Rumah dalam satu tahun," ujar Budi saat acara Seminar Hari Perumahan Nasional di Auditorium Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Jakarta, Senin (24/8/2015).

Pada akhirnya, lanjut Budi, sebagian besar angka pembangunan hunian diserahkan kepada mitra pembangunan lainnya. Mitra tersebut antara lain badan penyelenggara jaminan sosial dan lembaga-lembaga korporasi di bawah BUMN, swasta, maupun masyarakat.

Di sisi lain, tambah dia, pemerintah juga dituntut mengembangkan data penyebaran backlog yang berpotensi untuk mendiagnosa kebutuhan perumahan di tiap wilayah. Hal tersebut, akan berguna sebagai basis data dalam membantu penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Data tersebut nantinya akan tersusun dalam laporan kajian mengenai housing needs assessment (NHA). Laporan ini akan mengakomodir tentang kebutuhan perumahan di berbagai daerah di Indonesia.

"Mengingat pentingnya NHA, nantinya dapat memberikan rekomendasi kebijakan penyediaan perumahan yang sesuai dengan tingkat keterjangkauan dan ketersediaan perumahan," ucap Budi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com