Pekerjaan rumah lainnya, menurut Bernardus, Tangsel belum mampu mengintegrasikan sistem dan multi-moda angkutan komuter, yakni KRL Commuter Line, angkutan kota dalam provinsi (AKDP), dan angkutan kota lokal. Selain itu, belum ada fasilitas besar-besaran yang dibangun untuk park and ride.
Selanjutnya, ada juga masalah pengelolaan dan penanganan sampah kota, pengelolaan pasar tradisional, dan sulit terciptanya lahan yang akan dimanfaatkan untuk fasilitas umum. Demikian halnya dengan penyediaan air bersih. Semua itu harus menjadi perhatian pemimpin kota.
Pengelolaan jasa layanan masyarakat yang selama ini dilakukan oleh pengembang swasta harus direplikasi dan dikembangkan. Dengan demikian, keseluruhan wilayah Tangsel bisa mempunyai standar yang sama.
Kondusif
Sementara itu, dari kacamata pengembang, kendala dan tantangan yang harus diperbaiki oleh pemimpin baru Tangsel ke depan adalah efisiensi dan efektivitas dalam berbisnis. Presiden Direktur PT Paramount Enterprise International, Ervan Adi Nugroho, menjabarkan bahwa sebuah kota akan berlangsung efektif dan efisien bila pengelolanya mampu mengakomodasi seluruh kepentingan melalui penciptaan regulasi yang jelas, tegas, dan menghindari penafsiran "abu-abu".
"Contohnya, perizinan satu atap yang murah, mudah, dan singkat. Itu sangat diharapkan oleh para pengusaha. Jika hal ini bisa dipenuhi oleh pemerintah kota, maka perkembangan Kota Tangsel akan lebih pesat lagi," tutur Ervan.
Selain itu, zonasi pengembangan juga penting diperhatikan. Menurut Ervan, menciptakan iklim usaha yang kondusif sangat penting. Akan tetapi, lebih penting lagi jika pemerintah kota mempunyai batasan melalui zonasi yang tegas dan jelas.
Untuk diketahui, Paramount Enterprise mengembangkan perumahan skala kota di kawasan Gading Serpong yang masuk dalam dua wilayah, yaitu Kabupaten Tangerang dan Kota Tangsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.