Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/07/2015, 19:17 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com — Hingga saat ini Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, dinilai tidak memiliki brand utuh atau identitas kota yang mandiri. Hal itu patut disadari meskipun kota tersebut sudah lepas dari Kabupaten Tangerang pada 29 November 2008 dan telah dipimpin oleh empat wali kota.

Airin Rachmi Diany adalah wali kota terakhir yang berpasangan dengan Benyamin Davnie. Keduanya menjabat sejak 20 April 2011. Pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2015, sebagai calon petahana, Airin maju kembali untuk memimpin Tangsel.

Namun, meskipun Airin percaya diri, masih banyak "pekerjaan rumah" yang belum diselesaikan selama masa kepemimpinannya. Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Bernardus Djonoputro mengatakan bahwa Tangsel seharusnya bisa dikembangkan menjadi kota berbasis pendidikan, teknologi, ataupun kota wisata.

"Kota ini punya modal yakni ketersediaan infrastruktur yang cukup baik yang dikembangkan oleh sejumlah pengembang besar macam Sinarmas Land Group, PT Alam Sutera Realty Tbk, PT Jaya Real Property Tbk," tutur Bernardus kepada Kompas.com, Jumat (31/7/2015).

Karena itu, lanjut Bernardus, Pemerintah Kota Tangsel masih harus bekerja keras mengintegrasikan infrastruktur tersebut dengan wilayah di luar kawasan pengembangan developer-developer besar.

Dia menilai, kota dengan luas wilayah 147,19 kilometer persegi tersebut masih punya pekerjaan berat yang belum diselesaikan dengan benar. Sebagai "satelit" dari Ibu Kota, perencanaan infrastruktur dasar dan transportasinya harus terkait dengan kota primatnya, DKI Jakarta.

"Sayangnya, keberpihakan terhadap kendaraan pribadi masih sangat dominan," imbuh Bernardus.

Alhasil, nyaris seluruh ruas jalan di wilayah dengan tujuh kecamatan itu dilanda kemacetan yang sulit dikendalikan, tidak saja terjadi pada jam-jam sibuk, tetapi juga di luar itu. 

Integrasi

Pekan lalu Kompas.com berkesempatan melakukan survei di beberapa ruas jalan utama Tangsel, yaitu Jl Raya Serpong, Jl Pahlawan Seribu, Jl Siliwangi, Jl Ciater, Jl Raya Pamulang, Jl Otista, Jl Raya Ciputat, Jl Buaran-Rawa Buntu, Jl Serpong-Parung, dan Jl Puspitek Raya. Selain karena tingginya volume kendaraan pribadi, lalu lintas di ruas-ruas jalan tersebut macet karena sebagian segmen mengalami kerusakan dengan kasus kerusakan ringan hingga rusak parah.

Pekerjaan rumah lainnya, menurut Bernardus, Tangsel belum mampu mengintegrasikan sistem dan multi-moda angkutan komuter, yakni KRL Commuter Line, angkutan kota dalam provinsi (AKDP), dan angkutan kota lokal. Selain itu, belum ada fasilitas besar-besaran yang dibangun untuk park and ride.

Selanjutnya, ada juga masalah pengelolaan dan penanganan sampah kota, pengelolaan pasar tradisional, dan sulit terciptanya lahan yang akan dimanfaatkan untuk fasilitas umum. Demikian halnya dengan penyediaan air bersih. Semua itu harus menjadi perhatian pemimpin kota.

Pengelolaan jasa layanan masyarakat yang selama ini dilakukan oleh pengembang swasta harus direplikasi dan dikembangkan. Dengan demikian, keseluruhan wilayah Tangsel bisa mempunyai standar yang sama.

Kondusif

Sementara itu, dari kacamata pengembang, kendala dan tantangan yang harus diperbaiki oleh pemimpin baru Tangsel ke depan adalah efisiensi dan efektivitas dalam berbisnis. Presiden Direktur PT Paramount Enterprise International, Ervan Adi Nugroho, menjabarkan bahwa sebuah kota akan berlangsung efektif dan efisien bila pengelolanya mampu mengakomodasi seluruh kepentingan melalui penciptaan regulasi yang jelas, tegas, dan menghindari penafsiran "abu-abu".

"Contohnya, perizinan satu atap yang murah, mudah, dan singkat. Itu sangat diharapkan oleh para pengusaha. Jika hal ini bisa dipenuhi oleh pemerintah kota, maka perkembangan Kota Tangsel akan lebih pesat lagi," tutur Ervan.

Selain itu, zonasi pengembangan juga penting diperhatikan. Menurut Ervan, menciptakan iklim usaha yang kondusif sangat penting. Akan tetapi, lebih penting lagi jika pemerintah kota mempunyai batasan melalui zonasi yang tegas dan jelas.

Untuk diketahui, Paramount Enterprise mengembangkan perumahan skala kota di kawasan Gading Serpong yang masuk dalam dua wilayah, yaitu Kabupaten Tangerang dan Kota Tangsel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com