Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikelola Ala Kadarnya, Resor Danau Ranau Penuh Sampah

Kompas.com - 27/07/2015, 10:21 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

PALEMBANG, KOMPAS.com - Danau Ranau merupakan danau terbesar kedua di Sumatera setelah Danau Toba. Letaknya berada di perbatasan antara Sumatera Selatan dan Lampung.

Sebagai pengelola Danau Ranau, CV. Sri Varita Utama dan PT Pusri (PT Pupuk Sriwidjaya Palembang) menyediakan sekitar 6 pondok, wisma, restoran, serta ruang pertemuan. Sayangnya, baik tempat wisata maupun penginapannya, tidak terawat dengan baik.

Saat Kompas.com berkesempatan mengunjungi tempat tersebut pada Kamis (23/7/2015), kesan pertama adalah bau menyengat. Bau ini berasal dari sampah yang berserakan di area wisata. Padahal, pengunjung dipungut biaya kebersihan.

Suryadi yang merupakan salah satu pedagang sekaligus warga sekitar Danau Ranau, menuturkan tempat tersebut selalu dibersihkan setiap hari.

"Biasanya bersih. Tiap hari dibersihkan. Tapi, ini karena Lebaran, pengunjungnya lebih banyak. Makanya sampah baru dibersihkan 10 hari setelah Lebaran. Percuma dibersihkan nanti kotor lagi," ujar Suryadi.

Ketika mendatangi tempat wisata ini, kata dia, pengunjung dikenakan biaya Rp 20.000 dengan rincian, Rp 5.000 untuk retribusi pemerintah daerah dan Rp 15.000 untuk pengelola. Dana untuk pengelola ini dibagi tiga, yaitu uang parkir, kebersihan, dan tanda masuk.

Meski dipungut bayaran kebersihan, pengunjung merasa tidak nyaman karena lingkungannya justru jauh dari bersih. Sampah-sampah ini juga tidak nampak baru berada di sana. Tidak hanya sampah berserakan, fasilitasnya juga tidak memadai.

"Kalau memang pengelolanya niat membangun resor, harusnya fasilitas diperhatikan. Di sini banyak anak-anak, tapi untuk turun ke bawah (menuju danau), tangganya tidak aman," kata salah seorang pengunjung, Yoedi.

Meski dipungut bayaran kebersihan, pengunjung merasa tidak nyaman di sekitar Danau Ranau karena lingkungannya justru jauh dari bersih. Sampah-sampah ini juga tidak nampak baru berada di sana.

Ia juga menyayangkan, pondok penginapannya seperti tidak terurus. Banyak kayu yang sudah terlepas dan catnya memudar. Begitu pula dengan restoran, dan ruang pertemuan. Tak heran, penginapan, restoran, dan ruang pertemuannya sepi tamu, suasananya gelap, dan kurang bersih. 

Tempat sampah hanya nampak beberapa buah di dekat penginapan. Sementara di sekitar danau, tidak ditemukan satu pun tempat sampah.

"Berenangnya agak ke tengah. Di pinggir banyak sampah," seru seorang pengunjung kepada anaknya yang sedang bermain di dalam danau.

Penginapan tersebut sepi pengunjung, suasananya gelap, dan kurang bersih.

Ladang penghasilan warga

Karena luasnya Danau Ranau, terdapat tiga destinasi yang ditawarkan kepada pengunjung.  Selain wisma yang dimiliki PT Pusri, ada pula Pantai Sinangkalan di Sumatera Selatan dan Wisata Lombok di Lampung.

Menurut Suryadi, pengunjung lebih banyak mendatangi wisma PT Pusri. Setiap harinya, ada turis asing yang berkunjung ke tempat ini.

Suryadi bersyukur, adanya tempat wisata ini memberikan sumber mata pencarian baginya dan juga warga sekitar. Selain menjadi nelayan, ia mengaku, juga ikut berdagang di tempat tersebut.

"Lumayan berdagang di sini, kalau lagi ramai, pendapatan bisa sampai sejuta (rupiah)," sebut dia.

Untuk berdagang di area tersebut, tambah Suryadi, warga tidak dipungut biaya. Warga yang berdagang baru ditarik biaya saat tempat wisata ramai pengunjung, misalnya pada hari libur dan hari raya. Pungutannya pun tidak besar, yaitu Rp 150.000 per hari.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com