Menurut Ferry, bisnis dan industri properti Indonesia masih prospektif. Kendati penjualan beberapa pengembang yang menyasar segmen pasar menengah ke bawah justru anjlok. Prospektif karena masih ada peluang yakni kebutuhan hunian yang belum terpenuhi setiap tahun secara maksimal.
Pelaku usaha, kata Ferry, butuh kepastian percepatan infrastruktur, dan kepastian menerapkan regulasi baru seperti pengenaan perpajakan (PPN, PBB, NJOP, dan PPnBM) yang dapat menarik minat investor sehingga aksi ekspansinya terakomodasi.
Jadi, walaupun sektor properti secara umum lesu, namun investor asing masih akan melihat Indonesia sebagai peluang besar yang harus ditaklukkan. Indonesia, menurut Ferry, adalah kesempatan investor asing, dan juga lokal untuk mengambil alih properti-properti, dan lahan-lahan potensial untuk dikembangkan.
Saat ini, jika melihat tren ke depan, investor asing lebih tertarik mengakuisisi perkantoran, apartemen, fasilitas logistik, dan pergudangan modern. Jika pemerintah mampu menjadikan dua faktor utama tersebut di atas yakni infrastruktur dan kepastian regulasi, maka dana asing yang masuk pasar properti Indonesia akan lebih deras mengalir.
"Mencermati konstelasi saat ini, memang bagi pengembang adalah masa-masa sulit. Namun sebaliknya bagi investor merupakan peluang besar mendapatkan aset-aset bagus yang bakal melonjak harganya dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan," tandas Ferry.
Adalah investor asing berbasis di Singapura, Keppel Land, yang masih memandang Indonesia sebagai peluang positif, dengan ceruk pasar besar. Populasi sebanyak 250 juta dijadikan sebagai motivasi utama mereka dalam menggenjot investasinya.
"Indonesia, terutama Jakarta adalah big market. Besar dalam jumlah populasi, besar dalam daya beli, besar dalam pertumbuhan ekonomi. Kami fokus melakukan kondolidasi di Indonesia, terutama Jakarta," ungkap Presiden Direktur Keppel Land Indonesia, Sam Moon Thong.
Moon Thong melanjutkan, besarnya pasar properti Indonesia membuka peluang bagi perusahaannya untuk menanamkan investasi senilai Rp 2,6 triliun guna dimanfaatkan sebagai pengembangan baru.
Dana sebesar itu, dibutuhkan untuk mendanai proyek West Vista seluas 3 hektar, di Jl Lingkar Luar Barat, Duir Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat.
Karena properti adalah investasi jangka menengah dan panjang, Keppel Land tidak mengharapkan keuntungan dalam waktu cepat. Saat ini, ucap Moon Thong, pasar memang sedang melambat, namun dia memandanganya justru merupakan momentum yang tepat untuk membangun.
"Kami membeli dan mengakuisisi lahan, membangunnya selama dua sampai tiga tahun, dan dalam masa lima tahun, kami akan mendulang penjualan sekaligus keuntungan. Karena di saat yang lain vakum, kami justru produktif membangun," tandas Moon Thong.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.