Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Matahari Itu Terbit di Sanur

Kompas.com - 25/04/2015, 23:29 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

SANUR, KOMPAS.com - Dalam konstelasi bisnis poperti, kita mengenal dua besar pola pasar yakni buyer's market dan seller's market. Pola pertama adalah saat kondisi pasar mengalami kelebihan penawaran yang menstimulasi turunnya harga sehingga menguntungkan pembeli.

Sebaliknya seller's market merupakan pasar yang berada dalam kondisi permintaan melebihi penawaran yang mendorong melonjaknya harga sehingga menguntungkan penjual. Nah, dalam konteks Sanur, sebagai kawasan yang mulai menggeliat, dan semakin diincar investor, kondisi pasar berada dalam kekurangan pasokan. Sementara permintaan justru meningkat, khususnya fasilitas akomodasi.

"Padahal, wilayah Sanur punya potensi besar untuk dikembangkan menjadi the next big thing di sektor hospitalitas yang mendukung industri pariwisata. Terlebih Sanur telah ditetapkan menjadi kawasan pertama yang masuk dalam program kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN),"  ujar Presiden Direktur Artcore Group, Gde Ngurah Anindita, kepada Kompas.com, Jumat (24/4/2015).

Lebih jauh Andin, panggilan akrab Ngurah Anindita, menjelaskan, secara keseluruhan, pengembangan KSPN yang dilakukan di wilayah Sanur meliputi perbaikan di sepanjang 7 kilometer tepi Pantai Sanur sampai Pantai Mertasari dan Pantai Matahari Terbit, pengembangan industri kreatif, penataan zonasi antar-kios, wisata bahari, serta pengembangan desa percontohan yakni di Serangan.

Jika pengembangan KSPN tersebut dikerjakan secara progresif, permintaan akan fasilitas akomodasi mengalami pertumbuhan. Fasilitas akomodasi sejenis hotel, kondotel, dan vila di wilayah Sanur yang ada saat ini, menurut Andin masih belum mencukupi, dan memadai untuk memenuhi kebutuhan para turis. Khususnya turis mancanegara dengan klasifikasi atas.

"Hanya bisa dihitung dengan jari hotel, kondotel, dan vila yang memenuhi kriteria sebagai tempat relaksasi bagi kalangan mapan. Sementara di sisi lain kebutuhan justru terus bertumbuh. Kebutuhan tersebut berasal dari negara-negara Eropa, Amerika, Tiongkok, Jepang, dan juga sebagian negara Asia Tenggara lainnya macam Singapura, dan Malaysia," timpal Direktur Pengembangan Bisnis Artcore Group, I Gede Udi Widana.

Naik kelas

Sanur, kata Udi, akan menjadi kawasan wisata dengan diferensiasi yang khas jika dibandingkan dengan kawasan lainnya macam Kuta, Legian, atau Seminyak. Wilayah ini mendapatkan "garansi" untuk tidak dikembangkan secara serampangan.

dokumen Artcore Group Perspektif kamar tidur unit Sameton Boutique Condotel.
"Tidak semua konsep pengembangan hotel, apalagi city hotel diperkenankan dibangun di Sanur. Ini merupakan garansi dari Pemerintah Kota Denpasar untuk menjaga kawasan Sanur tetap menjadi daerah yang khas tanpa meninggalkan kelasnya sebagai destinasi wisata dunia," ujar Udi.

Udi kemudian merujuk peraturan Wali Kota Denpasar Nomor 6 tahun 2013 tentang Peraturan Zonasi Kawasan Strategis Sanur. Dalam pasal 31 peraturan zonasi zona peruntukan pariwisata disebutkan bahwa untuk hotel non-bintang dengan luas kavling di atas 5.000 meter pesegi yang telah terbangun sebelum peraturan ini diberlakukan harus menyesuaikan dengan ketentuan persyaratan hotel berbintang.

Demikian halnya untuk hotel non-bintang dengan luas kavling di bawah 5.000 meter persegi, fasilitasnya harus ditingkatkan setara hotel berbintang. Ada pun kegiatan yang tidak diperbolehkan dikerjakan di wilayah Sanur, meliputi pembangunan city hotel, perdagangan dan jasa skala besar.

"Dengan diberlakukannya peraturan tersebut, terbuka peluang bagi Sanur menjadi destinasi wisata kelas dunia yang menekankan pada kualitas servis, serta kualitas properti dengan pangsa pasar terseleksi, yakni turis domestik, dan mancanegara yang sudah mapan serta kalangan pensiunan yang mencari kenyamanan, privasi, dan keamanan paripurna," imbuh Udi.

Jika hal tersebut dapat direalisasikan, kata Udi, akan berdampak signifikan terhadap bisnis, dan industri pariwisata dan juga pertumbuhan ekonomi Bali secara umum. Selain itu, Bali juga memiliki tambahan opsi akomodasi yang representatif untuk kalangan kelas atas dan mewah.

Harga lahan

Bergerak dinamisnya kawasan Sanur, menurut JLL Indonesia, akan membawa Sanur menjadi kawasan sun rise atau matahari terbit. Berbagai indikator suportif mengonfirmasi hal itu. Sebut saja harga lahannya yang masih terhitung kompetitif. Sehingga banyak investor memanfaatkannya untuk merealisasikan ekspansi bisnisnya.

Saat ini, harga lahan di Sanur masih bertengger di angka Rp 18 juta-Rp 20 juta per meter persegi. Angka ini mengalami pertumbuhan 27 persen ketimbang tahun lalu. Meski akselerasi pertumbuhannya tinggi, namun harga lahannya masih jauh di bawah Sunset Road, Kuta.

Patokan harga lahan di Sunset Road, Kuta, sudah menembus posisi Rp 27 juta hingga Rp 30 juta per meter persegi. Kenaikannya sekitar 21 persen per tahun. Menyusul di tempat kedua termahal adalah kawasan Kuta, Legian, dan Seminyak yang berada pada level Rp 25 juta-Rp 30 juta per meter persegi dengan pertumbuhan sekiyar 22 persen. Berikutnya Canggu dengan patokan harga Rp 20 juta-Rp 25 juta per meter persegi atau tumbuh 29 persen.

Berturut-turut Jimbaran dan Tanjung Benoa masing-masing Rp 20 juta-Rp 25 juta per meter persegi dengan lonjakan 18 persen, Pandawa dan Sawangan sekitar Rp 8 juta-Rp 10 juta per meter persegi atau meningkat 29 persen.

Associate Director PT Ciputra Property Tbk., Agustono Effendy, mengimbuhi, sudah saatnya para invesor berpaling pada pengembangan Bali Timur, dan meninggalkan Bali Selatan. Pasalnya, ceruk Bali Timur belum tergarap maksimal.

"Selain itu, kawasan-kawasan macam Sanur akan menjadi pusat pertumbuhan baru dengan ciri khas mewah dan berkelas. Terlebih kondisi infrastruktur di sana mendukung, dan memadai sehingga Sanur pantas menjadi sekaliber destinasi wisata lain di dunia," tutur Agustono.

Dia melanjutkan, kendati ekonomi secara umum melambat, bukan berarti tidak ada kesempatan buat sektor properti hospitalitas. Kansnya bahkan jauh lebih besar dengan tawaran keuntungan menjanjikan dibanding instrumen investasi lainnya.

"Saya memproyeksikan pertumbuhan harga properti tahun ini masih terjadi, sekitar 10 persen hingga 15 persen," ucap Agustono.

Sameton Boutique Hotel

Sebagai pendatang baru, Andin dan Udi bersama Artcore Group, merintis upaya pengenalan publik kelas atas dan mewah terhadap wilayah Sanur. Mereka mengembangkan Sameton Boutique Hotel Sanur yang secara eksklusif, dan terbatas, dirancang hanya sebanyak 42 unit.

Kisaran harganya dibanderol mulai Rp 1,5 miliar hingga Rp 3 miliar. Ukurannya mulai dari 32 meter persegi, 36 meter persegi, dan 54 meter persegi.

Berbeda dengn fasilitas sejenis lainnya, Sameton Boutique Hotel Sanur menonjolkan keunikan kombinasi langgam arsitektural modern dengan tradisional Bali. Representasi akulturasi secara arstektural tersebut direpresentasikan ke dalam bentuk facad yang menekankan pada ekspose batu andesit yang diukir.

Filosofi "kori agung" atau gerbang utama menjadi tengara untuk tamu dalam mengidentifikasi Sameton Boutique Hotel Sanur. Kesan modernitas tertampak pada pemanfaatan komposit panel bersepuh berlian sebagai simbolisasi kemewahan sesuai dengan kelas hotel.

"Kami berusaha menyelaraskan sejarah karsa, dan karya adiluhung tradisi Bali dengan kekinian. Kami berharap ini mejadi inspirasi dalam dunia arsitektur. Ada pun konstruksi Sameton Boutique Hotel Sanur dimulai pada November 2015, dan beroperasi akhir 2017 bersamaan dengan peak season libur akhir tahun," tegas Udi.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com