BANDUNG, KOMPAS.com - Perhelatan akbar skala internasional, Pertemuan Kota Cerdas Asia Afrika atau Asia Africa Smart City Summit (AASCS) 2015 sebagai bagian dari rangkaian Konferensi Asia Afrika (KAA) digelar hari ini, Rabu (22/4/2015).
Pertemuan perdana pemerintah kota ini diikuti 446 peserta, termasuk 7 wali kota dari Indonesia, dan 18 wali kota dari mancanegara. Selain itu, hadir juga partisipan dari 39 negara, dan 69 kota di Asia Afrika. Meeka berasal dari berbagai latar belakang berbeda, mulai akademisi, pengelola kota hingga pelaku industri.
AASCS 2015 digelar untuk memecahkan masalah yang dihadapi kota-kota di Asia Afrika terkait lingkungan, permukiman, energi, dan transportasi bersama-sama.
"Dinamika persoalan masyarakat Asia Afrika telah bergeser dari neokolonialisme ke persoalan peradaban kehidupan urbanisme yang menyebabkan ketidaknyamanan. AASCS hadir untuk mencerdaskan komunitas Asia Afrika," ujar General Chairman AASCS 2015, Prof Dr Suhono Harso Supangkat.
Selain bertujuan untuk berbagi pengetahuan di antara negara-negara Asia Afrika dalam memahami persoalan kota, AASCS juga bertujuan memecahkan masalah-masalah regional, serta meningkatkan kerjasama dan kolaborasi di antara bangsa-bangsa di kawasan selatan-selatan untuk mengembangkan kemajuan peradaban kota-kota di Asia Afrika.
Digelarnya gawe besar ini membangkitkan kembali rasa kebanggaan Bandung, dan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia. Wali Kota Bandung, M Ridwan Kamil, bahkan mengatakan, acara KAA yang berlangsung sepuluh tahun sekali ini merupakan momentum yang tepat menunjukkan kepercayaan diri kepada dunia, bahwa Bandung mempunyai sesuatu yang dibanggakan.
"Bandung kota bersejarah yang punya peran penting, dan relevansinya semakin penting saat ini ketika konsep kota cerdas mulai dirintis," ujar Ridwan Kamil.
Macan dan singa
Kota-kota, dan negara-negara Asia Afrika, kata Emil, sapaan akrabnya, punya kekuatan besar yang sangat spesifik untuk bangkit mengejar ketinggalan dengan kota dan negara di kawasan utara.
"Sekaranglah, momentum macan-macan Asia, dan singa-singa Afrika, bangkit. Populasi Asia-Afrika sebanyak lebih dari 50 persen populasi dunia. Ini merupakan potensi sekaligus masalah yang harus diselesaikan melalui penerapan konsep kota cerdas berkelanjutan," kata Emil.
Seharusnya, kota dan negara Asia-Afrika bersatu dalam solidaritas historis berjuang bersama, berbagi informasi, berbagi kemajuan teknologi, pengalaman, dan juga pengembangan bisnis. Pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia-Afrika, kata Emil, juga positif.
Dia mencontohkan, Kota Bandung mencatat pertumbuhan ekonomi 9 persen. Angka ini lebih tinggi dari pencapaian pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Barat sekitar 6 persen, dan pertumbuhan ekonomi Nasional 5,1 persen.
"Pertumbuhan ekonomi tersebut adalah modal besar, ditambah sumber daya manusia yang kreatif serta teknologi spesifik yang dimiliki Bandung. Saya percaya diri Bandung akan menjadi model kota percontohan dengan konsep kota cerdas," tambah Emil.
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, menambahkan, sangat senang dan bangga berbagi pengalaman dengan pengelola kota lainnya se-Asia Afrika. Terlebih Bogor sudah merintis konsep kota cerdas melalui pengembangan Bogor Green Room.
"Kami akan membagi pengalaman bagaimana menjalankan kota melalui pemanfaatan teknologi. Bogor Green Room semacam ruang pengendali yang memantau permaslahan kota secara real time, mulai lalu lintas, bencana, kesehatan, pendidikan, kemanan, dan lingkungan," tambah Bima.
Sekretaris Kota Lusaka, Alex Mwansa, tak kalah gembiranya bisa menimba ilmu dan pengalaman dengan koleganya yang datang dari berbagai negara.
"Pertemuan ini sangat berharga, dan kami akan menjadikannya sebagai pertimbangan untuk mengelola kota Lusaka lebih baik lagi," kata Lusaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.