Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/04/2015, 20:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - "Saya ingin Konferensi Asia Afrika (KAA) ini tidak sekadar perhelatan seremonial, melainkan mengembalikan relevansi Kota Bandung dalam geopolitik dunia". 

Wali Kota Bandung, M Ridwan Kamil, mencetuskan keinginannya tersebut dalam keterangan pers Pertemuan Kota Cerdas Asia Afrika atau "Asia Africa Smart City Summit 2015", di Bandung, Selasa (21/4/2015). 

Emil, sapaan akrabnya, melanjutkan, Bandung harus menjadi relevan karena memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan secara spesifik, yakni pengelolaan kota dengan konsep cerdas berbasis teknologi. Aplikasi-aplikasi teknologi yang dikembangkan juga didesain ramah pengguna, sehingga memudahkan tata kelola kota, dan juga warga Bandung dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

"Dengan teknologi, saya berambisi Bandung menjadi kota perintis di kawasan selatan-selatan untuk bersama-sama maju mereduksi ketimpangan dengan kota di kawasan utara. Dan itu hanya bisa diwujudkan dalam bentuk solidaritas sesama kota Asia-Afrika, membangun bersama-sama," tutur Emil.

Apa yang tidak mereka miliki, kata Emil, akan Bandung bagi. Demikian sebaliknya, apa yang tidak dimiliki Bandung, akan dipelajari.

"Bandung punya strategi dalam pemecahan masalah perkotaan mulai dari kemiskinan, sanitasi, kependudukan, kemacetan, pendidikan, kesehatan, generasi muda dan lain sebagainya dengan pendekatan teknologi. Semua aspek kehidupan kota dikontrol (controlling), diobservasi (observation), dan terhubung (connecting) melalui teknologi," tandas Emil.

Kendati belum membuat studi mengenai kuantifikasi efektivitas dan efisiensi pemanfaatan teknologi terhadap kehidupan warganya, Emil dapat menjamin bahwa konsep kota cerdas mampu mengurangi belanja pegawai hingga ribuan orang, menghemat waktu, tenaga, dan tentu saja biaya.

Emil juga menekankan, potensi Bandung yang memiliki sarjana-sarjana teknik kaliber tinggi bisa menjadi duta kota, mengemban misi melakukan transfer teknologi tata kelola kota. Di sinilah, kata Emil, relevansi Bandung timbul kembali.

"Saya percaya diri Bandung akan menjadi pusat Asia Afrika terutama dalam konsep dan penerapan smart city,"  ujar Emil.

Butuh Rp 200 miliar

Emil mengungkapkan, untuk membangun sistem kota cerdas berbasis teknologi, dibutuhkan dana setidaknya Rp 200 miliar. Saat ini, Pemerintah Kota Bandung baru membelanjakan sekitar Rp 25 miliar. Pengembangan konsep kota cerdas ini ditargetkan selesai dalam tiga tahun mendatang.

"Saat ini sudah dikembangkan sekitar 300 aplikasi perangkat lunak yang membantu memudahkan kehidupan warga Bandung. Di antaranya registrasi pasien rumah sakit, manajemen proyek, infrastruktur, dan lain sebagainya. Warga hanya tinggal mengunduh, dan sentuh layar piranti keras untuk melakukan aktivitasnya," urai Emil.

Emil menambahkan, pertanyaan besar menjadi bangsa beradab, dan berkembang pilihannya bukanlah "atau", tetapi "dan". Semua permasalahan kota bisa dikerjakan dan diselesaikan secara bersama-sama. Hal fundamental dan krusial macam pengentasan angka kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan bisa dilakukan seiring sejalan dengan penerapan teknologi. 

Inovasi kota cerdas, terletak pada perubahan gaya hidup, cara berpikir, dan mampu memanfaatkan waktu secara produktif. Teknologi hanyalah peralatan atau tools, di mana ada problem kota, di situ konsep kota cerdas lahir.

"Bandung sedang berproses, mengejar mimpi menjadi kota cerdas. Apakah kemudian yang dirintis ini akan langgeng? Kita mengetes peradaban. Ini hanya masalah keniscayaan," tandas Emil.

Sebelumnya diberitakan, Bandung akan menggelar Asia Africa Smart City Summit 2015 pada 22-23 April 2015. Perhelatan ini merupakan pertemuan pertama tingkat pemerintahan kota yang membahas kota cerdas

AASCS 2015 dihadiri oleh perwakilan pemerintah tingkat kota, akademisi dan pelaku industri untuk memecahkan masalah yang dihadapi terkait lingkungan, permukiman, energi, dan transportasi bersama-sama.

"Dinamika persoalan masyarakat Asia Afrika telah bergeser dari neokolonialisme ke persoalan peradaban kehidupan urbanisme yang menyebabkan ketidaknyamanan. AASCS hadir untuk mencerdaskan komunitas Asia Afrika," ujar General Chairman AASCS 2015, Prof Dr Suhono Harso Supangkat.

Selain bertujuan untuk berbagi pengetahuan di antara negara-negara Asia Afrika dalam memahami persoalan kota, AASCS juga bertujuan memecahkan masalah-masalah regional, serta meningkatkan kerjasama dan kolaborasi di antara bangsa-bangsa di kawasan selatan-selatan untuk mengembangkan kemajuan peradaban kota-kota di Asia Afrika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com