Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Waskito Pandu, kebutuhan jembatan sangat besar. Mengingat, masyarakat memerlukan prasarana yang seringnya tidak tersedia di desa mereka, misalnya sekolah dan puskesmas.
Dari hasil penelitian Balitbang, Desa Cihawuk dan Desa Cibeureum adalah contoh desa yang perlu dihubungkan. Pasalnha, di kedua desa, puskesmas dan sekolah menengah pertama hanya ada satu, yaitu di Desa Cibeureum.
"Sudah pasti anak-anak SMP di Cihawuk, menyeberang melewati sungai ke Desa Cibeureum," ujar Pandu kepada Kompas.com, Rabu (15/4/2015).
Pandu menilai, daerah ini cocok sebagai contoh pembangunan Jembatan untuk Desa-Asimetris atau Judesa. Sebelum dibangun Judesa, masyarakat harus membangun jembatan dari kayu seadanya.
Dibandingkan jembatan kayu, Judesa lebih kokoh karena memiliki panjang 42 meter dan lebar 1,8 meter. Standard beban adalah untuk pejalan kaki dan pesepeda motor. Judesa juga mampu mengakomodasi beban maksimal hingga 120 ton.
Bangunan atasnya terbagi tiga komponen yaitu sistem lantai, batang penggantung, serta kabel utama dan ikatan angin. Sistem lantainya memiliki tipe modul baja berukuran 0,9 meter x 2 meter. Ada pun bangunan bawahnya memiliki jenis pondasi dangkal/sumuran, dengan mutu beton siklop K-200.
Judesa sendiri disebut asimetris, karena pondasinya hanya berada di satu sisi. Keuntungannya, pembangunan menjadi lebih mudah karena pengangkutan bahan material hanya dilakukan pada satu sisi atau satu arah.
Selain dalam hal pengangkutan material, pembangunan juga lebih mudah akibat pengurangan komponen sistem pengaku ikatan angin. Pasalnya, sistem ini memanfaatkan struktur lantai monolit yang cukup kaku terhadap gaya lateral. Apalagi, dengan sistem prefabrikasi, material bisa disiapkan di pabrik sehingga lebih cepat. Total pengerjaan jembatan di lokasi adalah sekitar 3-4 bulan.
Keunggulan lain Judesa adalah dengan tiang tunggal di satu sisi, biaya material struktur jembatan juga berkurang. Biaya pembangunan Judesa senilai Rp 370 juta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.