Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia, Negara Favorit Investasi Properti

Kompas.com - 09/04/2015, 09:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

Sumber Bloomberg

KOMPAS.com - Penurunan suku bunga, populasi meningkat dan ledakan jumlah bangunan mengubah Indonesia menjadi tempat favorit di dunia untuk investasi saham properti.

Pengembang di Bursa Efek Jakarta, termasuk PT Lippo Cikarang dan PT Alam Sutera Realty, memiliki peringkat analis rata-rata tertinggi di antara yang lainnya. The Jakarta Construction, Property & Real Estate Index menunjukkan lonjakan lebih dari 25 persen selama 12 bulan terakhir.

Hal tersebut didorong aksi Bank Indonesia (BI) yang telah memangkas dana pinjaman pada bulan Februari untuk pertama kalinya dalam kurun waktu tiga tahun, dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi terbesar, yaitu 7 persen di bawah pimpinan Presiden Joko Widodo.

Sistem pensiun di Indonesia juga diharapkan bisa meningkatkan investasi di pasar properti nasional sebagai upaya untuk meningkatkan infrastruktur dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Kita mengalami kelebihan dalam sektor properti dan terus menunjukkan sinyal positif," kata Direktur PT Ashmore Asset Managemen Indonesia di Jakarta, Arief Wana.

Harga naik

Beberapa produk properti mulai menunjukkan kenaikan harga. Di Alam Sutera, harga rumah naik 0,8 persen sementara Lippo Cikarang naik 0,4 persen.

Rating konsensus rerata perusahaan properti di Indonesia 4,32 skala pada skala 5 setara dengan rating kesepakatan pembelian. Di Amerika Serikat, angkanya menunjukkan 4,13 dan Tiongkok adalah 4,1. Saham dalam indeks properti Jakarta mungkin akan naik 14 persen selama 12 bulan ke depan.

Menurut survei BI, harga rumah baru di seluruh Indonesia juga kemungkinan naik 5,7 persen pada kuartal pertama tahun ini, lebih tinggi dari tahun 2014. Menyusul adanya kenaikan 6,3 persen pada kuartal terakhir tahun yang sama.

Waktu terbaik

Perusahaan properti setidaknya akan mendapat keuntungan dari rencana infrastruktur yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN-P) 2015 untuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebesar Rp 290,3 triliun.

"Ini adalah waktu terbaik untuk berada di bisnis properti di Indonesia," kata agen properti Ray White Indonesia Rainier Gunawan.

Menurut broker properti yang berbasis di Chicago, Jones Lang LaSalle Inc, pasokan properti yang meningkat dapat membebani pasar. Sekitar 1.500 unit kondominium baru yang dibuka tahun ini, akan menurunkan harga sewa, sementara tingkat kekosongan kantor mungkin akan naik, karena lebih dari 260.000 meter persegi kantor Grade A masuk pasar tahun ini.

Menurut analis PT Batavia Prosperindo Sekuritas di Jakarta, Steven Gunawan, saham properti di Indonesia masih memiliki ruang untuk menguat. Rekomendasinya termasuk juga Alam Sutera.

Hal tersebut menarik beberapa investor membenamkan dananya di Indoensia. Sebut saja, perusahaan dana investasi Pemerintah Singapura, Government of Singapore Investment Corporation (GIC) Pte, telah sepakat untuk menanamkan investasi 500 juta dollar AS (Rp 65 triliun) pada proyek properti di Indonesia, dengan fokusnya di kawasan pusat bisnis Jakarta.

Demikian halnya dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, dana pensiun negara Indonesia, berencana untuk meningkatkan investasi di sektor rumah murah untuk memenuhi permintaan dari pekerja berpenghasilan rendah.

Populasi Jakarta sendiri diperkirakan naik menjadi 12,5 juta pada tahun 2030, dengan jumlah saat ini adalah sekitar 9,7 juta. Menurut Bank Dunia, Indonesia merupakan ketiga yang tercepat dari sisi tingkat pertumbuhan perkotaan di Asia setelah Thailand dan Tiongkok.

"Ukuran populasi yang dikombinasikan dengan tingkat urbanisasi, akan membuat permintaan properti terus menguat," kata Gunawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com