Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Mau Tersaingi, Facebook, Google, dan Apple Berebut Properti

Kompas.com - 05/03/2015, 15:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

KOMPAS.com - Tak hanya pengembang dan investor dengan bisnis inti properti yang agresif melakukan ekspansi bisnis. Beberapa raksasa teknologi macam Apple Inc, Facebook Inc, dan Google Inc, pun tak mau kalah. Mereka kini bukan sekadar perusahaan yang hanya fokus pada satu sektor teknologi, melainkan juga sudah merambah sektor properti.

Indikasi itu terlihat dari semakin gencarnya mereka mengakuisisi lahan dan properti untuk menunjang kepentingan ekspansi bisnis di masa depan. Ratusan juta dollar AS mereka habiskan untuk membeli lahan dan gedung di Silicon valley, California, Amerika Serikat, sesuai kebutuhan.

Langkah mereka dinilai beberapa analis properti Amerika Serikat, lebih getol ketimbang perusahaan dan investor properti sendiri.

Pada bulan lalu misalnya, Facebook Inc. mengeluarkan 395 juta dollar AS atau setara Rp 5,1 triliun untuk membeli Menlo Sains and Technology Park. Properti ini terdiri dari 21 gudang dan gedung perkantoran yang terletak 30 kilometer sebelah tenggara San Francisco. Kawasan tersebut merupakan tempat berkumpulnya perusahaan alat-alat bedah ortopedi, pusat distribusi supermarket dan pusat penyimpanan perusahaan mebel.

"Kita akan tumbuh dari waktu ke waktu," kata Kepala Divisi Properti Facebook Inc, John Tenanes.

Facebook saat ini fokus membangun kantor yang dirancang Frank Gehry di sebelah barat Menlo Sains dan Technology Park. Gedung ini akan berfungsi sebagai markas baru (kantor pusat) saat selesai akhir tahun ini.

Sementara itu, pada tahun 2014, Google Inc. membayar lebih dari satu miliar dollar AS atau Rp 13 triliun untuk membeli setidaknya 19 properti di Silicon Valley. Properti tersebut antara lain, gudang dekat kantor pusat di Mountain View, California, dan perkantoran seluas 86.864 meter persegi di dekat Redwood City.

Padahal, menurut analis properti Real Capital Analytics LLC, Google baru saja mengumumkan rencananya membeli kantor seluas 232.257 meter persegi yang akan direnovasi menjadi serangkaian bangunan kaca bergaya futuristik.

Seorang juru bicara Google mengatakan, akuisisi merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dari waktu ke waktu.

Ambisi ekspansi Google dinilai luar biasa. Tahun lalu saja, perusahaan ini mengalami pertumbuhan jumlah karyawan sekitar 5.800 orang di seluruh dunia, menjadi total 53.600 karyawan.

Selain untuk keperluan penambahan ruang kantor, perusahaan-perusahaan berbasis teknologi informasi tersebut agresif mengoleksi lebih banyak properti terdorong lonjakan harga. Mereka membeli sebelum harga properti tersebut naik pesat. Namun, dari semua itu, yang paling penting adalah, mereka tak ingin tersaingi satu sama lain.

"Ini seperti perlombaan untuk mendapatkan ruang. Banyak perusahaan-perusahaan yang tumbuh secara tidak terkendali. Di Silicon Valley dan San Francisco, pasar berjalan semakin ketat," kata Jed Reagan, seorang analis pasar perkantoran Green Street Advisors.

Kesibukan akuisisi ini mengubah lanskap persaingan dunia properti di Silicon Valley, dengan perusahaan-perusahaan teknologi yang sering bersaing dengan pengembang dan perusahaan investasi.

Menurut DTZ, transaksi yang terbukukan pada tahun 2014 untuk gedung perkantoran tercatat merupakan rekor tertinggi yakni 329 dollar AS atau Rp 4.287.034 per kaki persegi. Sebelumnya, pada 2013, harganya dipatok 299 dollar AS (Rp 2.983.984) per kaki persegi.

Para raksasa teknologi memiliki kaki-tangan di kalangan pengembang dan investor. Mereka senang membeli properti sekarang dan kemudian mengumpulkan uang sewa, selama bertahun-tahun, seraya merencanakan ekspansi mereka. Google, misalnya, dilaporkan memegang 64 miliar dollar (Rp 834 triliun) tunai pada akhir 2014.

"Anda mungkin tidak mengetahui bahwa Google juga bersaing di sektor properti," kata Michael Covarrubias, Pimpinan TMG Partners di Silicon Valley dan San Francisco.

"Bubble"

Meski begitu, ada risiko bagi perusahaan teknologi ini, yaitu gelembung properti (property bubble). Sebelumnya sudah ada peringatan melihat kondisi Silicon Valley dan San Francisco, di mana para perusahaan berlomba menyewa ruang untuk pertumbuhan mereka. Ketika "gelembung" ini pecah, yang tersisa hanyalah hamparan ruang kantor dengan harga sewa rendah.

Selain Facebook dan Google, LinkedIn Corp. juga membayar 79 juta dollar AS untuk membeli sebuah taman industri kecil yang rencananya digunakan untuk pengembangan perusahaan, pada Desember 2014.

Tak hanya itu, di San Francisco, perusahaan bisnis-jasa Salesforce.com Inc pada bulan November setuju untuk membayar 640 juta dollar AS untuk gedung setinggi 41 lantai.

Satu pengecualian untuk Appel Inc. Jauh sebelumnya, Apple paling aktif saat dikabarkan telah menghabiskan lebih dari 430 juta dollar AS untuk lahan di Cupertino, California. Sekarang, perusahaan ini tengah membangun markas melingkar raksasa yang dijuluki "pesawat ruang angkasa" Apple.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com