Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Layak Huni, Mimpi yang Jadi Kenyataan

Kompas.com - 03/03/2015, 07:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Tak hanya Desa Margamulya dan Desa Kedung Dalam, Tangerang, hanya dua jam perjalanan dari Jakarta yang miskin, dan terbelakang. Desa-desa serupa juga masih banyak tersebar tak jauh dari ibu kota, sebagai pusat pemerintahan dan pusat bisnis negara.

Desa itu adalah Pasirhalang, di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Desa ini terletak di lereng Gunung Burangrang, sekitar 1.000-1.200 meter di atas permukaan laut. Kondisinya berbukit, dan berpasir. Warga mengandalkan sektor pertanian sebagai penghidupan.

Selama ini, mereka mengalami kesulitan ekonomi dengan penghasilan yang sangat tergantung pada hasil pertanian. Di sisi lain, mereka menghadapi tingginya kebutuhan pertanian seperti pupuk, sementara harga produk pertanian tidak menentu. Mereka pun terpaksa beralih profesi menjadi buruh dengan penghasilan tidak tetap.

Sumber air bersih juga menjadi persoalan di daerah ini. Untuk memperoleh air bersih, warga desa harus berjalan berkilo-kilo meter.

Rumah tidak layak huni dengan dinding kayu dan bambu lapuk juga masih banyak ditemukan di desa ini. Selain itu, mereka juga tidak memiliki sistem pembuangan limbah rumah tangga dan masih banyak rumah yang belum memiliki WC. Pembuangan kotoran ke saluran air, menyebabkan penyebaran penyakit dan pencemaran pada air dan tanah.

Oleh sebab itu, Habitat for Humanity Indonesia bekerja sama dengan Samsung C&T menuntaskan program pengembangan desa yang bertujuan membantu kehidupan 700 warga Desa Pasirhalang.

Pengembangan desa tersebut dilaksanakan pada Kamis, (26/2/2015), melalui pembangunan dan renovasi rumah, pembuatan fasilitas air bersih, serta berbagai pelatihan bagi warga.

Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, James L. Tumbuan dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, mengatakan, dalam program tersebut, 110 keluarga memungkinkan  tinggal di rumah yang lebih layak huni, dan 232 keluarga bisa lebih mudah mengakses air bersih.

"Selain itu, program pengembangan ini juga meliputi pelatihan pengelolaan keuangan bagi 112 keluarga, pelatihan pengelolaan dampak risiko bencana berbasiskan masyarakat bagi 125 warga, pelatihan kesehatan dan sanitasi bagi 123 siswa sekolah, serta pelatihan pertanian bagi 50 warga," tuturnya.

Dana untuk mendukung pelaksanaan program-program tersebut, tambah James, disediakan oleh Samsung C&T.

Selain pendanaan, Samsung C&T juga mengirimkan stafnya untuk bekerja bersama sebagai relawan dalam pembangunan rumah dan fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) umum, serta sejumlah aktivitas bersama warga, pada bulan September 2014 silam.

Menurut James, warga desa Pasirhalang sangat antusias mengetahui bahwa ada air bersih mengalir langsung ke rumah. Bertahun-tahun lamanya, sebelum jaringan air bersih itu terpasang, warga harus berjalan sekitar dua kilometer untuk mendapatkan air bersih. 

“Sekarang fasilitas pemasangan pipa sudah selesai. Rumah saya bisa mendapatkan air bersih. Bahkan di musim kemarau, air bersih tetap mengalir,” ujar warga desa, Odang.

Sementara itu, warga lainnya, Dian dan istri mengaku bersyukur dengan rumah baru mereka yang berukuran sekitar 26 meter persegi. Sebelumnya, pasangan ini harus tinggal bersama nenek dari Dian.

“Seperti mimpi menjadi kenyataan,” kata Dian.

James mengapresiasi kepedulian perusahaan global Samsung C&T dalam pembangunan masyarakat desa di Indonesia. Dia juga mengapresiasi warga desa yang terlibat dalam proses pembangunan dan konstruksi.

“Keterlibatan mereka bertujuan untuk membangun solidaritas, gotong royong,” kata dia.

Sementara Jeong Jin Han, Country Representative Samsung C&T Indonesia menjelaskan, pihaknya sangat gembira bisa membantu mengembangkan kehidupan warga masyarakat Desa Pasirhalang.

“Sebagai perusahaan konstruksi, kami mengakui arti penting rumah bagi kehidupan manusia dan memutuskan dukungan bagi projek ini sebagai bukti komitmen kemanusiaan di Indonesia. Tahun sebelumnya, kami hadir di Rembang untuk membangun sekolah dasar di Desa Dadapan,” ujar Jeong Jin Han.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com