Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia, "Investor Darling" Tahun Ini

Kompas.com - 20/02/2015, 08:30 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia masih jadi destinasi investasi nomor dua di Asia versi Economist Corporate Network Asia Business Outlook Survey 2014, bahkan nomor empat dunia versi UNCTAD World Investment Prospect 2013-2015.

Khusus sektor properti, Indonesia adalah surga untuk bisnis kawasan industri, dan residensial (ruman tapak).

Managing Director Corporate Strategy and Services Sinarmas Land, Ishak Chandra, mengatakan hal tersebut saat pemaparan Sinarmas Property Outlook 2015, Selasa (17/2/2015).

"Potensi Indonesia luar biasa, jumlah kalangan kelas menengah hingga elite (middle affluent) terus meningkat dari tahun ke tahun dengan daya beli tinggi," ujar Ishak.

Mengutip data McKinsey Global Institute, Ishak menjelaskan, pada 2012 saja, Indonesia punya 45 juta masyarakat kelas menengah yang mampu membelanjakan uangnya di luar kebutuhan pokok. Jumlah ini menempatkan Indonesia pada peringkat 16 kekuatan ekonomi dunia.

Lima belas tahun kemudian, yakni 2030, Indonesia diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi ketujuh di dunia dengan jumlah consuming class mencapai 135 juta orang.

Sementara menurut Boston Consulting Group, jumlah kelas middle affluent  Indonesia yang punya kemampuan belanja Rp 2 juta hingga Rp 10 juta per bulan mencapai 74 juta pada 2012, dan lima tahun kemudian membengkak hingga 141 juta orang.

"Jelas ini, sangat seksi dan menarik minat investor asing. Peluang terbesar ada pada bisnis kawasan industri dan perumahan serta ruang ritel (pusat belanja). Ketiga sektor ini tengah mengalami jam properti meningkat atau artinya dalam akselerasi dan pemulihan," tutur Ishak.

Kawasan industri, menurut Ishak ada pada spektrum akselerasi. Di mana banyak investor asing dan dalam negeri yang mendirikan pabrik-pabrik baru untuk memproduksi barang kebutuhan pokok, otomotif, manufaktur, dan lain-lain.

"Kawasan Industri makin dinamis karena diminati investor terutama asal Jepang. Mereka terus  melakukan ekspansi di Indonesia," lanjut Ishak.

Komitmen investasi

Bukan isapan jempol bila Indonesia masih dianggap sebagai ladang garapan utama bagi investor Jepang. Dalam lima tahun terakhir, investasi dalam persetujuan atau izin prinsip sebanyak 23,7 miliar dollar AS (Rp 300 triliun).

Deputi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Bidang Promosi Penanaman Modal, Himawan Hariyoga, mengungkapkan dari total nilai investasi yang disetujui itu, sejumlah 12,1 miliar dollar AS (Rp 153,1 triliun) di antaranya sudah direalisasikan dan masuk dalam pipeline pengembangan proyek.

"Progres aktual, terdapat delapan investor menyatakan ketertarikan berinvestasi di Indonesia. Baik untuk memperluas (ekspansi) bisnis maupun investasi baru. Dari total delapan peminat tersebut, empat di antaranya sudah komit dengan nilai mencapai 1,3 miliar dollar AS atau Rp 16,5 triliun. Jumlah investasi tersebut dalam kurun 22 Oktober 2014 hingga 10 Februari 2015," tutur Himawan.

Dia menjelaskan tiga investasi merupakan perluasan atau ekspansi bisnis, yakni sektor otomotif dengan lokasi di Jawa Barat, industri surfaktan di Dumai (Riau), dan Cilegon (Banten), dan properti taman bertema (theme park). Sementara lainnya merupakan investasi baru yakni pembibitan dan budidaya pertanian.

Data Himpunan Kawasan Industri (HKI) menyebutkan, lahan kawasan industri yang terserap selama 2014, seluas 450 hektar. Perusahaan otomotif, consumer goods, dan manufaktur masih mendominasi.

Tingkat serapan lahan kawasan industri tahun 2014, memang jauh menurun ketimbang kinerja tiga tahun terakhir. Pada 2011 terserap 1.200 hektar, 2012 terserap 650 hektar dan 2013 terserap 450 hektar.

Namun, penurunan tersebut bukan disebabkan anjloknya permintaan, melainkan keterbatasan pasokan lahan kawasan industri siap pakai. Sementara pada saat yang sama tingkat permintaan justru tumbuh signifikan.

Tahun ini, pasokan hanya berasal dari dua kawasan industri masing-masing Artha Industrial Hills seluas 390 hektar dan Podomoro Industrial Park (PIP) yang dikembangkan di atas lahan seluas 542 hektar.

PIP terbagi atas dua lokasi, yakni pengembangan pertama yang sudah dimulai dengan lahan seluas 325 hektar dan pengembangan kawasan industri masa depan (future development) dengan cadangan lahan 217 hektar.

"Tahun ini pasokan lahan kawasan industri diharapkan berasal dari kedua proyek tersebut, masing-masing Artha Industrial Hills yang dikembangkan Artha Graha Group, dan Podomoro Industrial Park yang dibangun Agung Podomoro Group," terang Ketua Umum HKI, Sanny Iskandar, Rabu (18/2/2015).

Dengan mempertimbangkan hal itu, kata Ishak, untuk tahun ini dan tahun-tahun mendatang, bisnis kawasan industri bakal moncer. Pada gilirannya, aktivitas di kawasan industri akan melahirkan kebutuhan hunian dan juga ritel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com