Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menakar Potensi Bisnis Properti di Sekitar Tol Ciawi-Sukabumi

Kompas.com - 09/02/2015, 16:31 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi di koridor Ciawi-Sukabumi bakal berlangsung pesat, saat pembangunan Seksi I Tol Ciawi-Sukabumi sepanjang 15,4 km rampung pada akhir 2016 mendatang.

Direktur Utama PT Trans Jabar Tol, Darma Putra, mengutarakan pendapatnya terkait implikasi pembangunan Tol Ciawi-Sukabumi kepada Kompas.com, Senin (9/2/2015).

"Saat ini saja, koridor Ciawi-Sukabumi sudah sangat padat. Aktivitas manusia, barang, dan jasa melalui jalur distribusi konvensional Jalan Raya Ciawi-Sukabumi demikian aktif dengan intensitas tinggi. Kendaraan pribadi, maupun industri tumpah ruah di jalur ini," tutur Darma.

Darma menambahkan, dengan beroperasinya jalur tol bernilai total Rp 7,7 triliun ini, akan semakin membuat pertumbuhan ekonomi koridor Bogor-Ciawi-Sukabumi melesat tajam.

"Arus kendaraan, barang, jasa, dan mobilitas masyarakat akan semakin intensif dan kian mempercepat waktu tempuh sehingga produktivitas dapat terwujud," tandas Darma.

Darma menargetkan, volume kendaraan yang akan melalui Jalan Tol Ciawi-Sukabumi ini sebanyak 38.000 unit.

"Setahun pertama beroperasi yang dimulai sejak akhir 2016 mendatang kami harapkan akan dilalui sebanyak 38.000 kendaraan," tutur Darma.

Harga lahan meroket

Hal senada dikatakan Department Head of Marketing and Business Development PT Suryamas Duta Makmur Tbk., pengembang Rancamaya Golf and Country Estate, Eftianto. Menurut dia, perkembangan ekonomi, terutama properti, paralel dengan pembangunan infrastruktur, terutama jalan tol.

"Selama ini, kami harus menempuh waktu sekitar 1 jam Cibubur-Rancamaya melalui Jalan raya Ciawi-Sukabumi. Itu pada hari biasa Senin-Jumat. Kalau akhir pekan bisa mencapai dua jam, karena warga Jakarta banyak menghabiskan waktu libur ke Puncak dan Sukabumi melalui jalur ini," ujar Eftianto.

Dia menambahkan, selain mempersingkat waktu tempuh, jalan tol juga mendongkrak "nilai ekonomi" kawasan. Saat pembangunan Tol Ciawi-Sukabumi masih berupa wacana yakni sekitar 2002, harga lahan di Rancamaya masih berkisar Rp 150.000 hingga Rp 400.000 per meter persegi.

"Kemudian harga terus merangkak naik dan pada tahun 2013-2014 menjadi Rp 4 juta sampai Rp 5 juta per meter persegi. Lonjakan kenaikan itu terjadi ketika rencana pembangunan jalan tol ini sudah pasti. Banyak investor atau pembeli terutama dari Kota Bogor dan Jakarta yang berburu kavling dan hunian di sini," ungkapnya.

Kini, kata Eftianto, Suryamas Duta Makmur berencana menaikkan kembali harga lahan hunian menjadi sekitar Rp 5 juta per meter persegi dan Rp 10 juta per meter persegi untuk kavling komersial.

"Permintaan menguat, seiring isu realisasi pembangunan jalan tol. Terlebih lokasi perumahan kami berada hanya 50 meter dari exit toll Ciawi. Tahun depan, saat Tol Ciawi-Sukabumi Seksi I beres, kami akan mulai menggarap Rancamaya II seluas 300 hektar," lanjut Eftianto.

Properti paling diburu

Ada pun properti yang paling diburu di koridor Ciawi dan Sukabumi adalah perumahan, hotel, dan komersial ruko. Perumahan, kata Eftianto, akan menjadi instrumen investasi paling menjanjikan. Pasalnya, di Jl Raya Ciawi-Sukabumi ada banyak industri yang beroperasi.

"Mereka mempekerjakan ribuan karyawan. Hal ini tentu saja mendorong kebutuhan rumah meningkat. Demikian pula dengan hotel. Koridor Bogor, Ciawi, dan Sukabumi merupakan destinasi wisata. Banyak turis domestik terutama dari Jakarta, Bekasi, Tangerang dan bahkan Bandung menuju kawasan Puncak. Turis-turis ini pasti membutuhkan tempat transit. Dan pengembangan hotel punya kans untuk berkembang pesat," tandas Eftianto.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com