Pasalnya, mau tidak mau masyarakat Indonesia harus menyadari kondisi neraca keuangan negara yang puluhan tahun tergerus oleh subsidi BBM.
"Pemerintah seharusnya mengalihkan alokasi subsidi BBM untuk hal krusial seperti pendidikan dan infrastruktur," ujar Ciputra kepada Kompas.com, Selasa (18/11/2014).
Ciputra menambahkan, untuk sektor properti kenaikan BBM justru memberikan kejelasan dan kepastian rencana bisnis pengembang.
"Sektor properti tetap akan tumbuh positif meski harga BBM naik. Pengembang bisa terus berproduksi dan masyarakat akan membeli hunian karena properti atau hunian justru merupakan kebutuhan primer," ujarnya.
Tahun depan, Ciputra memprediksi, properti akan tumbuh sebesar 10 persen hingga 20 persen.
"Tahun 2015 justru semakin rising. Kami tetap akan terus membangun dan mewujudkan cita-cita membangun kawasan Satrio sebagai shopping street, tourist street dan culture and art street. Mimpi tidak boleh terputus," tandas dia.
Pengembang dengan orientasi pasar menengah bawah, lanjut dia, akan diuntungkan karena masyarakat yang awalnya menunda pembelian hunian akan melakukan transaki. Pasalnya, kenaikan harga rumah akibat kenaikan BBM tidak terlalu signifikan.
"Kita sudah pernah mengalami kenaikan harga berkali-kali. Kenaikan paling banter lima persen, tidak sampai dua digit. Kita harus optimistis," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.