Tak hanya itu, ratusan ribu rumah milik warga di sana juga babak belur. Akibatnya, sebanyak 400.000 warga terpaksa menjadi tunawisma. Total kerugian yang ditaksir senilai 6 miliar dollar AS atau setara Rp 70,5 triliun, hanyalah perkiraan awal. Jumlah ini bakal membengkak bila seluruh unit rumah yang hancur, diverifikasi.
Menurut Wakil Perdana Menteri Palestina, Mohammed Mustafa, bila dikalkulasi dengan kerusakan lainnya seperti rumah warga, pabrik, pusat belanja dan kawasan industri, kerugiannya akan lebih dari nilai itu.
"Rumah warga yang hancur saja mencapai ratusan ribu unit. Jadi, kami asumsikan kebutuhan rumah mencapai sekitar 100.000 unit," ujar Mustafa.
Ada pun infrastruktur vital yang ikut hancur dalam konflik kali ini dan harus segera direkonstruksi adalah jaringan listrik. Saat ini seluruh jaringan listrik telah dinon-aktivkan karena pembangkit utama luluh lantak dihantam bom Israel.
Selain jaringan listrik, infrastruktur lainnya yang ikut hancur adalah saluran air limbah dan jaringan air bersih.
Kendati dunia internasional telah berkomitmen akan membantu dalam upaya pembangunan kembali, namun tampaknya Gaza akan dihadang masalah lain yakni kelangkaan material bangunan.
Pasalnya, Israel masih memberlakukan pembatasan kuota impor semen dan baja sebagai bagian dari blokade keamanan daerah-daerah staretgis. Dus, bantuan internasional juga mencuatkan kekhawatiran bahwa Hamas akan menyelewengkan dana rekonstruksi untuk membangun kembali kapabilitas militernya.