Pasalnya, dengan dibukanya Tol JORR W2 seksi Kebon Jeruk-Ulujami sepanjang 7,67 Km pada 22 Juli lusa, akan memicu meningkatnya kebutuhan ruang kantor dan ruang komersial lainnya. Hal ini dimungkinkan karena JORR W2 membuat kawasan yang dilintasinya menjadi semakin terbuka dengan aksesibilitas tinggi.
CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, mengatakan sepanjang jalur yang dilintasi JORR W2 Kebon Jeruk-Ulujami, akan menjadi incaran investor. Tidak ada perkecualian. Bahkan, bisa kawasan-kawasan tersebut bisa menjadi lebih menarik buat investor karena harga lahan dan propertinya belum setinggi seperti di TB Simatupang, jakarta Selatan dan Puri Indah, Jakarta Barat.
"Jadi, sudah waktunya dibangun properti komersial berlantai tinggi (high rise) sehingga ada penyebaran kawasan bisnis terpadu buat metropolitan Jakarta. Kawasan bisnis terpadu di pusat Jakarta sekarang sudah tidak cukup menampung 18 juta penduduk Jakarta dan sekitarnya. Tidak cukup dan terlalu sesak," kata Hendra kepada Kompas.com, Minggu (20/7/2014).
Oleh karena itu, lanjut dia, ruas Kebon Jeruk-Ulujami sangat sesuai dan akan semarak oleh pembangunan proyek komersial ataupun properti multifungsi (mixed use development). Meski tidak bisa setinggi gedung-gedung komersial perkantoran di CBD Jakarta, karena keamanan dan keselamatan operasional penerbangan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, namun gedung tinggi di bawah 300 meter bisa dibangun di Kebon Jeruk-Ulujami.
"Ketimbang membangun campus style office yang tidak efektif dalam ongkos produksi, lebih baik membangun gedung tinggi. Akan sangat cost effective kalau cuma bangun taman perkantoran biasa. Karena harga lahannya sudah merangkak naik. Campus style office justru akan bergeser ke BSD City, Cikarang atau Taman Mini," tandas Hendra.
Sementara untuk hunian, di sekitar jalur Kebon Jeruk-Ulujami, sudah terdapat perumahan Pondok Indah, Lebak Bulus, Bintaro dan Kebon Jeruk. Jadi, lanjut Hendra, inilah saat yang tepat untuk membangun perkantoran tinggi di sini. Mirip kondisinya dengan koridor TB Simatupang yang mengorbit ke CBD Jakarta pada 10-15 tahun lalu. Sekarang Simatupang sudah mulai bersaing dengan CBD Jakarta.
Nah, koridor Kebon Jeruk-Ulujami akan tumbuh seperti koridor TB Simatupang. Bahkan, menurut Direktur PT Ciputra Property Tbk., Artadinata Djangkar, ruas Kebon Jeruk-Ulujami akan jauh lebih baik karena lebih dekat dan lebih banyak dilalui masyarakat.
"Akan banyak orang yang melintasi ruas ini menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta, baik dari arah selatan Pondok Indah-Bintaro, maupun dari arah utara Puri Indah dan sekitarnya. Sehingga mampu menstimulasi pertumbuhan properti, khususnya properi komersial seperti superblok yang kami kembangkan yakni Ciputra International," jelas Arta.
Ciputra International sendiri merupakan superblok yang berada di kawasan Kebon Jeruk, atau di skeitar Sentra Primer Baru Barat (SPBB). Luas lahan sekitar 7,5 hektar untuk 10 menara properti yang akan dibagi dalam tiga tahap pengembangan. Pembangunan tahap I akan dikembangkan tiga menara perkantoran dan 1 menara kondominium.
Untuk merealisasikan Ciputra International, PT Ciputra Property Tbk memproyeksikan nilai investasi akan sebesar Rp 5 triliun.
Kehadiran Ciputra International menyusul St Moritz Penthouses and Residences milik PT Lippo Karawaci Tbk. Proyek ini mencakup 11 jenis properti dengan gedung ikonik Lippo Tower setinggi 65 lantai.
Sebelumnya, telah dikembangkan megaproyek Puri Indah CBD yang dibangun PT Antilop Madju Puri Indah. Megaproyek ini berdiri di atas lahan seluas 160 hektar. Selain itu, terdapat menara apartemen, bernama The Windsor dengan harga sekitar Rp 26 juta per meter persegi. Sebelum resmi dibuka untuk publik, Signature telah mendapatkan konfirmasi pembelian sebanyak 30 unit dari total 155 unit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.