Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antara Atmi, Jokowi-Prabowo, dan Bobroknya Infrastruktur Kita...

Kompas.com - 14/07/2014, 12:31 WIB
Latief

Penulis

Sumber Bloomberg
KOMPAS.com — Dua jam perjalanan dari Jakarta, dekat sebuah perkebunan teh yang dibangun Belanda, Atmi (48) sibuk dengan dagangannya. Penghasilan sebesar Rp 2 juta per bulan pun diperoleh dari menjual makanan ringan di kedai bambu miliknya. Jika jalan raya di luar kedainya bagus, dia bisa mendapatkan penghasilan lebih dari itu.

Kondisi jalan aspal yang hancur dan mengarah ke kedai Atmi itu memang tak diperbaiki selama bertahun-tahun. Itu sebuah contoh betapa bobroknya infrastruktur Indonesia, dan efeknya "menahan" laju penghasilan para penjual atau pemilik toko kecil yang menjual produk-produk raksasa seperti PT Unilever Indonesia (UNVR) dan PT Indofood Sukses Makmur (INDF).

Seperti diketahui, dua kandidat presiden RI yang tengah "sibuk" menunggu hasil kemenangan Pemilu 2014 ini pernah berjanji untuk memperbaiki infrastruktur jalan, pelabuhan, dan rel kereta api. Ini sebuah langkah yang akan memudahkan perjuangan para pedagang pengecer untuk menjangkau pelanggannya di bagian terpencil negara kepulauan ini.

Sementara itu, saham-saham perusahaan consumer good di negara yang paling padat penduduknya ini naik 18 persen tahun ini. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) mengatakan bahwa penjualan naik 50 persen lebih tinggi seiring meningkatnya akses ke daerah perdesaan.

"Kami melihat perusahaan konsumen di Indonesia sebagai cara lain untuk melihat infrastruktur secara tidak langsung," kata Mark Gordon James, manajer investasi senior di Aberdeen Asset Management, dalam sebuah wawancara di Singapura pada 10 Juli lalu.

"Setiap kebijakan yang pro-pembangunan infrastruktur pada gilirannya akan membuat perekonomian lebih kompetitif dan manfaatnya akan menetes ke bawah, kepada konsumen," ujarnya.

Indonesia, negara dengan perekonomian yang diperkirakan tumbuh 5,7 persen per tahun sampai 2016 mendatang, akan mendapatkan sekitar 80 juta konsumen baru dalam 15 tahun ke depan, kata Kantar Worldpanel, sebuah perusahaan riset yang berbasis di London. 

Jalan dan pelabuhan

Sementara Joko Widodo dan lawannya, Prabowo Subianto, melontarkan pandangan berbeda tentang utang pemerintah dan pengeluaran negara, keduanya sepakat soal kebutuhan untuk infrastruktur yang lebih baik. Ini perlu diapresiasi.

Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa dirinya ingin membangun 2.000 kilometer (1.244 mil) jalan baru dan 10 pelabuhan. Sementara itu, Prabowo berjanji akan menghabiskan sekitar Rp 1,412 triliun dalam 5 tahun untuk membangun 3.000 kilometer jalan dan 4.000 kilometer rel kereta api, termasuk dengan bandara dan pelabuhan laut.

"Infrastruktur sangat miskin di Indonesia sehingga sangat mahal bagi kita untuk menjangkau daerah-daerah terpencil," kata Adhi Lukman, Ketua Umum GAPMMI di Jakarta, yang mengatakan bahwa Unilever Indonesia dan PT Coca Cola Indonesia masuk di antara 381 anggotanya.

"Jika kita memperbaiki masalah ini, industri bisa melihat peningkatan volume 40 sampai 50 persen," tambahnya.

Biaya transportasi

Infrastruktur yang "telantar" di Indonesia dinilai telah membuat biaya logistik membengkak sekitar 27 persen dari produk domestik bruto, dan itu merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara. Demikian diungkapkan PT Indo Premier Securities dalam laporannya pada 8 Juli lalu, mengutip data Bank Dunia dan Indonesia.

Menurut Lukman, perusahaan mengeluarkan biaya 650 dollar AS atau sekitar Rp 7,5 juta untuk mengirim kontainer dari Jakarta ke Pulau Batam. Biaya itu hampir tiga kali lipat harga pengiriman ke Singapura, yang hanya sekitar 20 kilometer lebih jauh ke utara.

"Kedua kandidat, dan bahkan Presiden saat ini, telah mengatakan bahwa mereka ingin membangun infrastruktur," kata Franciscus Welirang, Direktur PT Indofood Sukses Makmur, dalam perbincangan telepon pada 2 Juli lalu.

"Perbaikan infrastruktur secara otomatis akan meningkatkan perekonomian, distribusi menjadi rendah biaya dan mempercepat pembangunan pedesaan," tambahnya.

Sementara itu, untuk Atmi, yang seperti kebanyakan orang Indonesia, jalan beraspal baru bukan hanya tentang memikat lebih banyak pelanggan ke tokonya. Hal itu juga akan mengurangi ongkos setiap kali menempuh jarak 25 kilometer untuk membeli persediaan dagangannya setiap minggu.

"Saya berharap dagangan saya bisa maju tumbuh dan meningkat saat nanti ada pemerintahan baru," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com