Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Buka Peluang Asing Miliki Properti

Kompas.com - 04/07/2014, 11:52 WIB
Latief

Penulis

Sumber Bloomberg
KOMPAS.com — Salah satu kandidat calon presiden Republik Indonesia, Joko Widodo atau Jokowi, berencana untuk memungkinkan investasi asing pada produk properti apartemen. Hal tersebut untuk meningkatkan penerimaan pajak, dan merupakan langkah yang bisa memacu tingginya permintaan properti di segmen kelas atas.

Mantan Ketua Umum DPP Realestate Indonesia (REI), Setyo Maharso, yang menjadi salah satu anggota tim kampanye Jokowi, mengatakan bahwa pembeli asing akan mampu membeli apartemen bernilai setidaknya Rp 2,5 miliar atau 210.000 dollar AS di Jakarta dan di kota-kota utama lainnya, seperti di Pulau Bali.

"Orang asing dilarang langsung membeli properti di Indonesia, dan itu justru menyebabkan transaksi ilegal," katanya di Jakarta, Kamis (3/7/2014).

Terkait hal itu, lanjut Maharso, Jokowi tidak melakukan pertaruhan politik dalam kampanyenya yang penuh dengan retorika anti-asing. Dia mengatakan, kandidat capres nomor 2 itu akan membuktikan pentingnya investor asing.

"Jika pemerintah membuka pasar untuk orang asing, hal itu akan menguntungkan pemerintah karena mereka bisa mendapatkan lebih banyak pendapatan dari pajak dan pasar properti akan menjadi menarik," timpal Anton Sitorus, dari Jones Lang LaSalle Inc.

"Asing bisa membeli 5 sampai 8 apartemen di Indonesia, sementara di Singapura, Hongkong, dan Australia mereka hanya bisa mendapatkan satu," kata Sitorus, mengacu pada harga yang lebih murah.

Istri membeli

Menurut Maharso, orang asing juga akan dapat membeli properti minimal 200 meter persegi di daerah termasuk Batam, dan kota-kota pelabuhan, seperti Surabaya atau Makassar. Data Jones Lang LaSalle memaparkan, untuk sewa tahunan apartemen mewah rata-rata menembus angka 220 dollar AS per meter persegi pada kuartal pertama.

"Orang asing membeli rumah menggunakan istri atau suami mereka di Indonesia sehingga Indonesia kehilangan pendapatan dari mereka," kata Maharso.

Dia mengatakan, tingginya inflasi dan harga properti yang melebihi tingkat suku bunga telah mendorong penjualan real estat domestik dalam beberapa tahun terakhir. Dengan dilarangnya orang asing memiliki properti, maka Indonesia telah menepis lonjakan permintaan lokal ketimbang arus modal masuk yang mendorong kenaikan harga rumah di negara tetangga, seperti Singapura dan Hongkong. 

Bank Indonesia melihat harga properti residensial pada kuartal kedua naik 7,9 persen dari tahun sebelumnya. Jones Lang LaSalle sendiri memperkirakan bahwa permintaan di pasar apartemen mewah tahun ini melambat akibat kenaikan suku bunga tahun lalu dan Pemilu 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau