Menariknya, desain Hadid itu sebenarnya bukan desain pemenang kompetisi desain gedung parlemen Irak. Kompetisi yang dilaksanakan oleh Royal Institute of British Architects atas mandat dari Pemerintah Irak itu semula memenangkan karya Assemblage. Hanya saja, tidak lama setelah pengumuman tersebut mengemuka, Dewan Perwakilan Rakyat Irak segera menunjukkan bahwa mereka memiliki ide lain.
Parlemen Irak lebih condong memilih karya Hadid sebagai desain yang akan digunakan untuk gedung wakil rakyat tersebut. Memang, hal itu tidak menyalahi ketentuan kompetisi, lantaran klien tidak berkewajiban menggunakan desain pemenang sayembara.
Lagipula, seperti dikutip Archdaily, Hadid merupakan arsitek kelahiran Baghdad. Langkah pemerintah Irak memilih karya sang arsitek sebenarnya bisa diterima. Namun, tak sedikit kritik dilayangkan pada Dewan Perwakilan Rakyat Irak. Publik menganggap, mereka lalai dan tidak mengedepankan transparansi.
Kontroversi kembali terdengar setelah seorang kritikus arsitektur asal Irak, Ihsan Fethi, mengungkapkan bahwa meski sudah berkali-kali meminta, dia belum menyaksikan desain karya Hadid.
"Tentu saja ini berseberangan dengan prinsip transparansi dan sangat tidak bisa diterima bagi kami, arsitek Irak, atau penduduk Irak, siapa pun itu, bahwa kami dicegah dan tidak bisa menyaksikan bagaimana penampilan parlemen mereka di masa mendatang. Kami sama sekali tidak tahu," ujarnya dalam surat elektronik yang dikirim oleh Iraqi Architects Society.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.