"Untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke atas, mau memilih teknologi apa saja, uang ada, tidak menjadi masalah. Tetapi, kami harus berpihak kepada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Nah, pusat litbang ini berusaha keras menghasilkan rumah-rumah, teknologi pembangunan rumah yang bisa dibangun secara massal dengan harga terjangkau," ujarnya dalam pembukaan Kolokium, dan Pameran Produk Puskim Balitbang PU di Bandung, Selasa (17/6/2014).
Tabita / KOMPAS.com Maket rumah sederhana dalam pameran yang diadakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum di Bandung, Selasa (17/6/2014).
Pada dasarnya, Risha adalah sistem pembangunan rumah yang menggunakan beton cetak atau precast concrete. Hanya dengan mencetak tiga modul dalam jumlah besar, rumah-rumah sederhana bisa dibangun dengan cepat.
"Membangun Risha sangat cepat. Kalau dulu jargonnya pesan pagi, sore huni. Tapi kelihatannya, sorenya seminggu kemudian. Paling seminggu untuk selesai. Tapi sangat cepat untuk ukuran membangun rumah layak huni," tandas Anita.
Anita menambahkan, beton dipilih karena adanya nilai prestise. Selain itu, sesuai dengan kebutuhan. Karena itu, penerimaan dari masyarakat pun tergolong baik. Di Aceh sudah berdiri 10.000 unit Risha.
"Selain Aceh, kami sudah membangun Risha di lebih dari 60 kawasan seluruh Indonesia. Sudah diuji tahan gempa. Jadi, untuk daerah rawan bencana, atu punya risiko tinggi terhadap gempa, maka teknologi ini sangat tepat. Bisa dikembangkan tidak hanya horizontal, tapi bisa juga secara vertikal," pungkasnya