Setidaknya ada 30 imigran hidup dalam bilik-bilik tersebut di satu lantai yang sama. Mereka membayar 9 Dollar AS semalam (Rp 104.750) atau 200 Dollar AS sebulan (Rp 2.327.780). Ini jumlah yang sanggup dibayar para imigran. Pasalnya, mereka tidak punya uang, tidak punya proteksi kerja, serta pemasukan tetap. Meski sudah membayar sejumlah uang ini pun, para imigran telah diusir dari gedung Maret tahun lalu.
81 Bowery menawarkan hunian Single Room Occupancy (SRO) bagi para imigran. Mereka yang tinggal di dalam tiap bilik SRO ini terdiri dari pemuda berusia 18 tahun hingga lansia berumur 88 tahun. Meski tinggal dalam bilik-bilik bersekat, namun mereka tidak punya privasi. Sekat tidak menutup hingga plafon. Selain itu, mereka semua pun berbagi kamar mandi yang sama. Ada imigran yang sudah tinggal selama tiga dekade di tempat ini dan membangun komunitas sendiri. Penghuni gedung ini biasa memasak bersama, menonton opera China, dan saling meminjamkan uang.
"Kami seperti keluarga," ujar Chen Xiukang (62), salah satu penghuni gedung yang turut diusir Maret lalu. The Committee Against Anti-Asian Violence (CAAAV) atau Komite Melawan Kekerasan Anti Asia sudah mencoba merumahkan kembali mantan penguin 81 Bowery. Mereka pun mencoba membuka kembali gedung ini. Sayangnya, usaha mereka gagal.
Menurut Ling, para imigran ini mengalami kesulitan bertahan hidup di luar Pecinan. Pasalnya, bahasa dan kebudayaan yang berbeda membuat mereka sulit berbaur dengan penduduk setempat.