Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar: Kemayoran Berpotensi Jadi Pusat Bisnis Baru, Pesaing Segitiga Emas!

Kompas.com - 24/03/2014, 11:40 WIB
Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan Kemayoran punya potensi dijadikan kawasan alternatif central business distric (CBD) Jakarta. Melihat posisi lokasinya, selain dekat dekat dengan pusat pemerintahan, kawasan ini juga relatif tak terlalu jauh dari kawasan CBD yang ada sekarang ini dan dikelilingi oleh kawasan perdagangan mulai Mangga Dua, Pasar Baru, Senen, Kelapa Gading, dan Sunter.

Demikian dikemukakan pengamat properti dari Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda, di Jakarta, Senin (24/3/3014). Perkembangan kawasan Kemayoran sempat pesat pada periode waktu tahun 2002 – 2004 dengan banyaknya pembangunan proyek apartemen.

Sebenarnya, Kemayoran juga pernah menjadi bagian penting dalam sejarah nasional Indonesia, bahkan internasional. Kawasan tersebut pernah menjadi lokasi Bandara Internasional Kemayoran. Karena itulah, area ini memegang peranan penting dalam sejarah nasional Indonesia. Dengan kata lain, wilayah ini lebih dari sekedar perayaan, pameran, atau bahkan hura-hura. (Baca: Bandara Kemayoran, Bakal Lokasi Bisnis...).

"Namun, sangat disayangkan hal itu tidak dilanjutkan dengan pembangunan-pembangunan pusat perkantoran yang menjadi inti terbentuknya sebuah CBD," kata Ali.

Rencana besar Cyber City Kota Kemayoran pun kandas. Status kepemilikan lahan yang masih bersifat HPL (Hak Pengelolaan) karena tanah milik Sekneg RI, menjadi salah satu faktor lambatnya perkembangan kawasan Kemayoran.

Namun, menurut Ali, hal itu seharusnya bukan masalah besar jika pemerintah dapat memberikan jaminan dan kebijakan insentif untuk dapat menggerakan sektor properti lebih cepat lagi di kawasan Kemayoran. Alasannya, hal paling utama dari CBD adalah lokasi. Jaringan dan kondisi jaringan jalan pun relatif bersaing dengan jalan-jalan protokol yang ada saat ini.

"Pola pikir pemerintah seharusnya dapat lebih maju dan profesional meniru para pengembang swasta yang telah lebih dahulu mengembangkan superblok seperti SCBD Sudirman dan Mega Kuningan. Pemerintah seharusnya dapat lebih menggali potensi yang ada, karena kawasan ini merupakan kawasan potensial yang sangat tinggi untuk tumbuh sebagai CBD," kata Ali.

Untuk menjadi CBD, lanjut Ali, sebuah kawasan seharusnya dapat membentuk sebuah kawasan bisnis terlebih dahulu dengan masuknya institusi keuangan dan perbankan. Di Kemayoran sendiri seharusnya telah ada tanah-tanah yang siap untuk dikerjasamakan dengan pihak perbankan.

"Tapi, konsep pengembangan kawasan ini masih terlihat parsial dan belum dikembangkan secara serentak agar dapat meningkatkan pamor Kemayoran secara utuh. Karenanya, sangat disayangkan bahwa saat ini kawasan Kemayoran masih menjadi sebuah kawasan yang berjalan tanpa arah," kata Ali.

Pesaing baru

Saat ini, Indonesia mempunyai satu-satunya CBD utama (Central Business District) di kawasan segitiga emas Jakarta, yaitu Sudirman-Thamrin-Gatot Subroto. Sebelum adanya CBD ini, CBD lama di DKI Jakarta adalah kawasan Kota sepanjang Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk. Munculnya CBD Segitiga emas saat ini tidak terlepas dari kebijakan yang memperbolehkan bangunan-bangunan tinggi di kawasan ini sehingga mobilisasi pembangunan pun berpindah. Pusat-pusat perbankan mulai dibangun di kawasan ini dan singkat kata terbentuklah CBD segitiga emas.

Namun, dalam perkembangannya saat ini, di tengah semakin tingginya aktifitas bisnis di segitiga emas CBD Jakarta, kapasitas daya tampung infrastruktur yang ada mulai terbatas. Pelebaran CBD pun tidak dapat dihindari ke arah Rasuna Said, Jalan Satrio, dan saat ini mulai melebar lagi ke arah MT Haryono dengan banyaknya pembangunan-pembangunan proyek properti di sepanjang koridor ini. Bahkan, pengembangannya mulai "loncat" ke arah TB. Simatupang.

Namun, Ali mengatakan, sebetulnya banyak kawasan yang juga berpotensi sebagai CBD baru dan dapat berkembang sebagai "pesaing" CBD segitiga emas saat ini. Salah satunya Kemayoran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com