Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

REI: Tak Adil, Lebih Enak Pengusaha Otomotif Dibanding Perumahan!

Kompas.com - 05/03/2014, 14:44 WIB
Tabita Diela

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal DPP REI (Realestat Indonesia) Hari Raharta Sudrajat mengeluhkan berbagai kebijakan pemerintah yang dinilainya kontraproduktif dengan upaya pengentasan angka kekurangan (backlog) rumah di Indonesia. Hal tersebut dia sampaikan pada acara bincang-bincang DPP REI di Jakarta, Rabu (5/3/2014).

"Sebetulnya, backlog kita kan tinggi atau banyak. Jadi, orang yang ingin beli rumah itu kan harusnya banyak," ujar Heri.

Menurut Heri, jumlah yang tinggi tersebut tidak didukung oleh pemerintah. Menurut dia, pemerintah seolah lebih berpihak pada industri otomotif ketimbang properti. Subsidi yang tersedia bagi masyarakat pencari rumah pun hanya terbatas pada bantuan uang muka.

"Ini kan subsidi uang muka saja. Kalau subsidi bensin itu kan hangus. Kalau subsidi itu kan bergulir. Menurut saya, pengusaha, kalau karena kesulitan ini usahanya tidak berjalan, kita juga pasti jualan di luar FLPP. Toh, yang mau beli juga ada," ujar Hari

Hari mengaku, perannya sebagai induk organisasi pun tak serta-merta bisa mengharuskan anggota asosiasi membangun rumah bersubsidi atau rumah murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Perubahan regulasi yang terjadi setiap tahun, proses berlarut-larut, naiknya berbagai harga kebutuhan, serta peningkatan harga bahan bangunan pun menyulitkan pengembang memasok stok rumah bersubsidi.

"Harga BBM naik, harga bangunan juga naik, apalagi tanah naik. Apalagi, kita berusaha di bidang perumahan itu jadi susah. Padahal, bayangkan, yang namanya asosiasi mobil tiap tahun 1.400.000 unit terjual," ujar Hari.

"Kita mau menjual 200.000 unit rumah saja kok susah, padahal harganya lebih rendah (dari mobil). Mobil harganya sudah Rp100 juta sampai Rp200 juta. Rumah subsidi kita harganya berapa, cuma Rp88 juta, ini naik jadi Rp125 juta dan itu buat masyarakat lagi," imbuhnya.

Heri mengungkapkan, pengembang yang berada di bawah payung REI memang tetap bisa bertahan. Namun, mereka terpaksa menjual rumah di luar FLPP.

"Pengembang bisa survive, tapi sayang, dia pasti menjual produk yang di luar FLPP. Kami tetap mendorong," kata Hari.

"Kami berpikir, kok tidak adil di bisnis perumahan ini susah banget, tapidi bisnis mobil enak banget. Kita bikin rumah kecil, mau rumah menengah, rumah atas, maka harus bikin jalan. Pengusaha mobil itu tak usah bikin jalan, tapi yang bikin macet itu mobil. Nggak adilnya di situ," imbuhnya.

Kemudian, Hari juga mengungkapkan bahwa aturan rumah 1-2-3 sangat timpang jika dibandingkan dengan tidak adanya aturan untuk pengusaha maupun konsumen otomotif. Selain itu, mendukung pengusaha properti sebenarnya juga mendukung pengusaha Indonesia. Sementara itu, pengusaha otomotif berasal dari berbagai negara.

"Lalu, orang yang berbisnis perumahan itu pengusaha dalam negeri. Coba bisnis mobil, orang Jepang-lah, orang Korea-lah," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

REI Nilai Gebrakan Ara Bertolak Belakang dengan Satgas Perumahan

REI Nilai Gebrakan Ara Bertolak Belakang dengan Satgas Perumahan

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bintan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bintan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
[POPULER PROPERTI] Ara Bagi-bagi Rp 100 Juta Buat Penghuni Huntap Cianjur

[POPULER PROPERTI] Ara Bagi-bagi Rp 100 Juta Buat Penghuni Huntap Cianjur

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Karimun: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Karimun: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Ingin Perpanjang Masa Pakai Kipas Angin di Rumah? Lakukan 5 Hal Ini

Ingin Perpanjang Masa Pakai Kipas Angin di Rumah? Lakukan 5 Hal Ini

Tips
Pemerintah Punya Cara Pindahkan Warga di Zona Merah Gempa Cianjur

Pemerintah Punya Cara Pindahkan Warga di Zona Merah Gempa Cianjur

Berita
Pakuwon Mall Bekasi Dibuka, Standar Baru Berbelanja Senilai Rp 843 miliar

Pakuwon Mall Bekasi Dibuka, Standar Baru Berbelanja Senilai Rp 843 miliar

Ritel
Ara Bagi-bagi Rp 100 Juta Titipan Prabowo Buat Penghuni Huntap Cianjur

Ara Bagi-bagi Rp 100 Juta Titipan Prabowo Buat Penghuni Huntap Cianjur

Berita
Tepis soal Proyek Jumbo Disetop, Dody: Cuma Selektif

Tepis soal Proyek Jumbo Disetop, Dody: Cuma Selektif

Berita
Cakupan Layanan Irigasi Bendungan Semantok Akan Ditambah 499 Hektar

Cakupan Layanan Irigasi Bendungan Semantok Akan Ditambah 499 Hektar

Berita
Keluhan Penghuni Huntap Tahap III Cianjur, Mulai dari Air Keruh hingga Baru Dapat Sertifikat 10 Tahun

Keluhan Penghuni Huntap Tahap III Cianjur, Mulai dari Air Keruh hingga Baru Dapat Sertifikat 10 Tahun

Berita
Rencana Ambisius Iran, Punya Jaringan Kereta ke China via Afganistan

Rencana Ambisius Iran, Punya Jaringan Kereta ke China via Afganistan

Berita
Durasi Perjalanan Tamu Asing di Jakarta Lebih Pendek

Durasi Perjalanan Tamu Asing di Jakarta Lebih Pendek

Hotel
Gebrakan Ara di Sektor Perumahan, Gratiskan BPHTB Dua Minggu Lagi

Gebrakan Ara di Sektor Perumahan, Gratiskan BPHTB Dua Minggu Lagi

Berita
Wisma Atlet Kemayoran Disulap Mirip Rusun Pasar Rumput, Renovasi Kelar Maret 2025

Wisma Atlet Kemayoran Disulap Mirip Rusun Pasar Rumput, Renovasi Kelar Maret 2025

Berita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau